Rasa kehilangan yang sama seperti ketika aku meninggalkan pelabuhan Senghi dan berangkat ke Jawa dua puluh satu tahun yang lalu sekitar tahun sembilan belas sembilan puluhan, tempo hari.Â
Hanya Bedanya tempo hari aku berangkat tanpa sepengetahuan nya dan kali ini, aku berangkat dengan sepengetahuan nya.Â
Tapi kejadian nya tetap sama. Kami harus berpisah.
 Inilah jalan takdir yang harus kami lewati.
"- Meski Saat itu, rasanya jiwa kami seperti kembali utuh, setelah lama terbelah, setelah hampir tiga puluh tahun terpisah, setelah hampir tiga puluh tahun menderita memendam rasa cinta yang begitu besar dan begitu hebat nya, karena kesalah fahaman yang kami ciptakan sendiri.
Tapi kami sadar sepenuh nya, cinta kami tak akan mungkin disatukan lagi.Â
Ia hanya akan menjadi goresan indah di hati, seumur hidup kami.
Walaupun saat itu kurasakan  mutiara yang hilang dari dasar jiwa, yang kucari sampai ke ujung pulau Sumbawa,: -"seperti baru kutemukan  kembali,!-" itu tak akan mengubah apa yang sudah terjadi.
Aku masih ingat, betapa ceria wajah nya, ketika Pada akhirnya kami bertemu muka  tempo  hari di Ramayana.Â
Terpancar kegembiraan yang luar biasa, yang sulit di gambarkan dengan kata - kata. Â Wajah nya ber seri - seri , nada bicara nya penuh ceria, terlihat Ia begitu hidup, begitu optimis, begitu bersemangat.Â
Tak terlintas sedikitpun di benak ku, bahwa hanya sampai disini usia nya? Sampai disini hidup nya?