Di bait terakhir :
Sementara saya melangkah mundur,
anjing itu maju terus dengan nyalang.
Demi Ayah, saya ucapkan salam, "Selamat sore, asu."
Ia kaget. Saya ulangi salam saya, "Selamat sore, su!"
Anjing itu pun minggir, menyilakan saya lanjut jalan.
Dari belakang sana terdengar teriakan,
"Tolong, tolong! Anjing, anjing!"
Dalam dialog di atas banyak humor yang terkandung pada bait terakhir tersebut. Seperti kalimat "Sementara saya melangkah mundur, anjing itu maju terus dengan nyalang." . Ikon juga terdapat pada kalimat itu seperti "anjing itu maju terus dengan nyalang." Kalimat tersebut seperti menyatakan kesan kekanak-kanakan. Hubungan anak dengan  anjing seperti tidak bermasalah dan tidak dianggap berbahaya. Selanjutnya pada kalimat "Saya ulangi salam saya, "Selamat sore, su!"Anjing itu pun minggir, menyilakan saya lanjut jalan." Itu adalah indeks, yang membawa isyarat petanda. Ketika anak mengucapkan salam dan si anjing mempersilahkannya, seolah-olah memang si anak itu polos dan karena kepolosan itu mengajarkan kita semua untuk menghadapi ketakutan dengan sewajarnya. Dalam hati dan pikiran mereka seperti tidak tahu apa itu kematian, apa itu ketakutan, dan hendaknya segala hal yang tampak rumit mestinya dihadapi dengan bersahabat dan tetap bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H