"Asu itu anjing yang suka minum susu," jawab saya.
Sementara saya melangkah mundur,
anjing itu maju terus dengan nyalang.
Demi Ayah, saya ucapkan salam, "Selamat sore, asu."
Ia kaget. Saya ulangi salam saya, "Selamat sore, su!"
Anjing itu pun minggir, menyilakan saya lanjut jalan.
Dari belakang sana terdengar teriakan,
"Tolong, tolong! Anjing, anjing!"
(2011)
Dalam puisi di atas memang terkesan dengan kata "Asu". Asu bila diartikan dari bahasa Jawa adalah anjing. Kata ini sebenarnya netral. Namun kata "Asu" juga sudah lazim digunakan sebagai kata umpatan/celaan saat seseorang sedang marah. Tak heran, jika kemudian konotasi negatif melekat pada kata "Asu". Bait pertama puisi ini:
Di jalan kecil menuju kuburan Ayah di atas bukit