Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Selamat Hari Puisi Indonesia 2020 dan Kisah Saya di Dunia Sastra Puisi

26 Juli 2020   06:16 Diperbarui: 26 Juli 2020   16:46 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cilegon, Januari 2020

Terinspirasi saat membaca ulang puisi Ari Budiyanti -  Kehangatan Kasih di 16 Januariku - saat ia berulang tahun.

....

Indah dan indahnya suasana hati saya saat membaca puisi karya Ayah Tuah. Hangat karena kedekatan yang terajut oleh puisi. Berikut ini puisi beliau. Anda bisa juga baca di sini.


Bahkan, baru saja kemaren, 25 Juli 2020, Kompasiana ikut memberi saya "hadiah", jelang hari Puisi Indonesia, dengan memberi label artikel utama pada puisi saya berjudul Terkadang Aku Lupa Rasanya Senja. Senang sekali rasanya saya. Berbunga-bunga rasa di hati.

Dokpri
Dokpri

Saya masih teringat pula saat saya bergumul berat dengan kesehatan, puisi pun bisa menjadi sebuah pelarian dari  sesak. Bahkan ketika saya masih tetap menulis puisi di masa-masa sulit saya, ini ternyata mengisnpirasi kompasianer Lesterina Purba untuk berpuisi buat saya. 

Bu Ester, demikin saya menyapa beliau, membuat puisi tentang dan untuk saya. Judulnya Senyum Manis. Saya pernah menuliskan artikel khusus untuk hal ini, bisa Anda baca di sini.

Sampai kapan saya akan terus berpuisi? Saya tidak tahu. Saya akui, saya tak pernah tahu masa depan. Saya dan Anda hanya bisa terus berkarya yang terbaik hingga ajal menjemput. 

Membagikan segala kebaikan Tuhan yang sudah kita terima. Dengan begitu semakin banyak orang merasakan dikasihi dan diperhatikan dengan keberadaan kita. Terutama melalui karya-karya tulisan kita.

Kisah ini akan saya tutup dengan mengingat sebuah kelas puisi yang pernah saya adakan melaui kelas zoom. Anda bisa baca liputannya dalam artikel saya berikut di sini. 

Saya tidak pernah menyangka, akan menjadi sorang guru yang tidak hanya mengajar siswa di kelas saya untuk berpuisi, namun juga mengajar siswa-siswa lain yang ikut home schooling di beberapa kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun