Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 3.000 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 20-12-2024 dengan 2.392 highlights, 17 headlines, 112.449 poin, 1.133 followers, dan 1.315 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Larik Puisi Berpadu dengan Melodi

12 Oktober 2019   20:01 Diperbarui: 3 Oktober 2021   20:53 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga Seruni. Photo by Ari.

Hatiku tergerak langsung malam ini untuk membuka blog si Putri Bunga. Dalam batinku menduga, akan ada puisi baru. Kesibukanku seharian ini membuatku tak sempat menengok blog favoritku itu.

"Bila nada-nada cinta bertemu

Dengan pemilik melodi hati

Dalam sebuah harmonisasi

Lara hari tak lagi menderu


Saat jiwa memadukan rasa

Bunga terindah tak lagi ada

Namun kisah yang terjalani

Memberiku denyut baru sang nadi

By Putri Bunga"

Sudah kuduga, akan ada larik puisi baru. Malam ini semua lelah itu rasanya sirna dalam kelembutan puisi si Putri Bunga. Aku memikirkan cara untuk menanyakan langsung apakah benar Sekar adalah Putri Bunga itu?

Pun aku ingin memberitahunya kalau akulah dia si pencipta lagu, musisi yang bermain gitar di suatu malam minggu di masa lalu. Aku membaca kisah hatiku ini. Sungguh berasa kisah dalam dram-drama Korea. Namun ini riil terjadi padaku. 

Lelah itu tak tertahankan lagi. Badanku tak bisa dibohongi. Meski hati terhibur sangat oleh puisi itu, namun raga ini tetap memaksa beristirahat. Persis seperti pesan Sekar. Selamat istirahat. 

Pagi harinya badanku segar kembali setelah cukup istirahat. Lalu aku bergegas ke kantor. Bermaksud menemui pak direktur yang akan datang hari ini. Enath itu pagi, siang atau sore. 

Setibanya di tempat kerjaku, aku langsung diminta ke ruang pertemuan dengan direktur. Pagi sekali beliau datang. Ini saja aku sudah datang 30 menit lebih awal dari jam masuk kerja. 

"Saya sengaja datang lebih pagi karena saya tidak bisa lama di perusahaan ini. Saya harus segera kembali ke Singapura. Karena itu setiap ketua tim segera presentasikan hasil laporan kerja kalian secepatanya. Saya tidaksuka yang berlambat-lambat. " sambutan dan kata pembuka yang lugas dari direktur kami.

Saat tiba saatnya waktuku presentasi. Direktur menyela, "Kamu, Rianto dan tim, laporan kerjamu sudah saya baca sebelum kamu tiba tadi. Dan saya cukup puas. Ssya hanya akan mengucapkan selamat. Tolong langsung presentasikan hasil akhir dari laporan timmu. Itu sudah cukup buat saya" 

Presentasiku hanya sebentar sekali. Mengerjakan laporan seharian bersama tim tanpa jeda selain makan, dan hanya presentasi sesingkat-singkatnya. Tidak mengapa. Rapat selesai dengan cepat. Pak Direktur tidak membuang waktu. Segera sesudah rapat laporan semua divisi, Beliau langsung terbang kembali ke Singapura. 

Menurut kabar, ada keluarga dekat beliau yang sedang dirawat inte sif di salah satu RS di sana. Wajar jika beliau harus segera kembali. 

Siang harinya, sebum jam makan siang, aku dapat kabar dari bu Rinita bahwa timku mendapat nilai terbaik dalam pengerjaan laporan dan menyelesaikan tugas-tugas adminsitrasi. Sebagai reward atau hadiah bagi tim, pak Direktur sudah memberi kami satu tim tiket berlibur bersama ke kota Bandung. Tempat wisata terdekat dengan kantor tempat kami bekerja. 

Berarti Sekar ikut. Kataku dalam hati. Kami semua akan bermalam semalam di villa milik pak direktur di daerah Lembang, Bandung. Temlat wisata yang didominasi dengan aneka taman bunga sesuai nama julukannya, Bandung Kota Bunga. 

Tersungging senyum lagi membayangkan bahagianya Sekar penggemar bunga itu. 

Makan siang di kantin bersama Ardi, yang kami lewati dengan obrolan seru tentang liburan ke Bandung. Ardi bilang kalau aku tak lagi bisa disebit sebagai pria tanpa kata hari ini. Karwna aku terlalu banyak kata, menurut Ardi. "Hatimu bahagia sekali ya, apqkah kau sudah menyatakan perasaanmu pada Sekar? " 

Ardi memang terbiasa mengutarakan segalanya dengan lugas, tanpa penghalang. Segera saja kumasukkan sepotong buah pepaya yang ada di depanku agar Ardi tak bicara lagi. Bahaya juga kalau ada yang dengar. Apalagi kalau orangnya kenal Sekar.

Ardi menikmati buah pepaya sambil tersenyum geli melihat tingkahku yang katanya seperti anak kecil ketahuan mencuri permen sama ibunya. 

Tanpa ada jawaban atas pertanyaan Ardi dan memang Ardi tak memerlukam jawaban. Aku kembali ke ruang kerjaku untuk mengumumkan berita baik dari direktur. Segera kukumpulkan timku yang ada 6 orang. Tentu saja mereka sangat senang mendengar kabar gembira dariku.

Sabtu pagi ada dua tim terbaik yang mendapat reward jalan-jalan ke Bandung, jumlah total peserta ada 12 orang tapi setiap peserta diijinkan mengajak keluarganya. Pasti ada keseruan dalam perjalanan ini. Perusahaan kami menyediakan satu bus. 

Ingin kubawa mobilku saja, tapi Ardi ingatkan, kalau aku bawa mobil apalah artinya kebersamaan yang fiharapkan pak direktur. Akhirnya kuurungkan niatku ini, mengikuti nasihat sohib terbaikku yang juga masuk tim pilihan ini.

Masing-masing menikmati tempat duduk yang sudah mereka pilih bersama keluarganya. Tiba-tiba Ardi yang duduk di sebelahku berdiri mengagetkanku dan pakai acara angkat tangan. "Sekar, di sini ada kursi kosong 1. Lekas duduk sini"

Sekar yang datang paling siang membuat kami harus menunggu sejenak, tapi tidak ada yang marah. Sekar sudah berhasil mengambil hati rekan-rekan kerjanya sehingga kesalahanannya pagi ini dimaafkan. 

Sekar segera berjalan ke belakang menuju kursi yang aku kira ditunjukkan Ardi padanya. Sementara aku sudah memegang satu buku saja, sambil menunggu bus berangkat. 

Tiba-tiba Ardi bilang ke Sekar yang sudah sampai dekat kami. "Kamu duduk sini saja, bosan aku duduk bersama Rian terus." Sambil berdiri mwninggalkan kursinya yang tadi ada di sebelahku. Itu pasti mengejutkan aku dan Sekar. Sementara Ardi hanya ketawa kecil dan pindah duduk di belakang kami.

Sekar merasa bingung. Aku sengaja diam saja ingin tahu reaksinya. Tapi karena kelamaan dia bengong, membuatku tak tega. Aku berdiri dan keluar dari kursiku, memberinya tempat di dekat jendela. "Duduklah di sana" kataku sambil menunjuk kursi yang kumaksud. 

Sekar nampak berbinar matanya. Ternyata dia memang ingin duduk di dekat sisi kaca bus. "Saya suka lihat pemandangan di jalan, terimakasih pak Rian". Terdengar orang mendehem dengan suara sengaja dikeraskan. Siapa lagi kalau bukan si Ardi yang sengaja menggodaku. Akupun duduk dekat Sekar. Tak bicara. Hanya diam sambil menikmati bukuku saja. 

Sekar menikmati perjalanan dengan melihat pemandangan. Dia akan berseru kecil menyebutkan nama bunga-bunga yang dia lihat di halaman runah orang.

"Oh anggreknya indah." Serunya saat kami melewati nursery di pinggran jalan. "Mawar itu besar sekali, hibiscus. Oh Seruni, banyak sekali warna-warni" tak henti-hentinya Sekar menyebutkan nama bunga-bunga yang ia tahu. 

Berisik sekali bisikku dalam hati yang sedang menikmati kisah di bukuku. Tak kualihkan pandanganku sampai dia sebutkan nama bunga yang terakhir. Seruni. "Mengapa kamu suka bunga seruni, Sekar?" Spontan kubertanya padanya penuh ingin tahu.

Bunga Seruni. Photo by Ari.
Bunga Seruni. Photo by Ari.
"Seruni itu sangat indah. Selalu siap sedia dalam suka dan duka. Waktunya hadir juga selalu tepat. Sama seperti kita, dalam perjalanan hidup, harus selalu tepat hadir dalam kehidupan orang lain. Dalam suka dan duka mereka. Itu menurut saya pak Rian." Seksr nampak malu-malu menjawab pertanyaanku ketika sadar jawabannya panjang lebar. "Maaf pak Rian, saya kebanyakan bicara dan berisik ya" aku hanya tersenyum dan melanjutkan membaca.

Harus kuakui konsentrasiku sudah sejak tadi buyar. Beralih pada gadis bunga di sebelahku. Ah Andai dia tahu rasa yang menggebu ini. Setelah melewati beberapa nursery, sampailah kami di villa yang dituju. Tempatnya indah di kaki bukit. Ada acar kebersamaan sejenak lalu peserta bebas jalan-jalan di sekitar villa. Masing-masing sudah mendapat tempat tinggal bersama keluarganya. 

Aku, Ardi dan beberapa rwkan pria yang masih single tinggal di kamar villa tersendiri. Sementara Seksr dan veberapa teman wanita yang masih single juga menempati Villa lainnya yang dikhususkan untuk mereka. Pak direktur ini sudah benar-benar menyiapkan semua fasilitas yang kami perlukan untuk berlibur sejenak setelah kerja lembur. 

Sore itu, selesai acara kebersamaan, masing-masing teman jalan-jalan ke beberapa pusat perbelanjaan yang tak jauh dari villa. Ardi mengajakku ikut serta tapi aku menolak. Masih terasa lelah. Kuambil gitarku dan menuju halaman belakang villa. Terkejutku melihat ada seorang gadis sedang duduk manis mengetik di note booknya yang kecil.

Aku sengaja memelankan langkahku, ingin tahu siapakah dia. Terkejut saat dia yang di depanku menyenandungkan lagi lagu itu. Laguku, yang tercipta dua bulan lalu.

"Saat aku merindu

Senja kembali telah berlalu

Saat ku menyadari

Sebuah kisah sedang kunanti

Ah rindu pagi menjelang kembali

Dalam butiran rasa merajai

Siapakah dia itu

Yang mampu membuai semua rasaku"

Lirik yang dinyanyikannya hanya itu saja. Masih sama. Tersenyum aku mendengarnya. Sepertinya dia sangat menyukainya. Apakha dia juga sedang menunggu kisah yang sama. 

"Suaramu bagus Sekar. Pas menyanyikan lagu itu" kata saya pelan saat sudah berada di dekatnya tanpa dia sadari.

Sekar berhenti bersenandung dan spontan menengok ke arahku pembawa suara itu. "Pak Rian, se-sejak kapan Anda datang?" Sekar nampak gugup. Aku hanya membalas dengan senyuman. Tak kujawab tanyanya.

"Ini versi lengkapnya. Mau dengar?" Tanpa menunggu jawabannya, aku duduk di kursi di depannya. Sambil memainkan gitarku, kumainkan lagu yang dinyanyikan Sekar hanya bagian refrainnya. 

Terheran-heran mendengar aku bernyayi versi lengkap lagu itu. Dan masih tak paham mengapa aku bisa menyanyikannya. "Bagaimana pak Rian bisa menyanyikan lengkap lagu itu? Siapa yang mengajarinya? Saya cari di youtube tak pernah ada. Saya tanya teman-teman saya juga tidak ada yang tahu. Saya hanya ingat bagian refeainnya saja. Tapi pak Rian bisa tahu semua lagunya. Apakah pak Rian kenal sama penulis lagu ini?"

Seperti biasanya tanpa sungkan dia tanyakan semua yang membuatnya penasaran. Aku tak menjawabnya. Ternyata saat aku penasaran tentang sesorang, di tempat lain ada yang juga penasaran dengan sosokku. Aku jadi gelai sendiri dalam hati. Ini kesempatanku mencari tahu, apa benar yang Ardi bilang. Apakah dia benar pemilik blog Putri Bunga.

"Mau barter informasi?" Jawabku lugas. Jawaban singkatku mengejutkannya. "Saya tanya pak Rian, malah pak Rian balik tanya. Pak Rian ikut-ikutan saya ya?" Jawaban Sekar membuatku tak bisa menahan tawa kecil mengingat percakapan kami sebelumnya di kantor. Adalah kebiasaan Sekar menajawab tanyaku dengan pertanyaan lainnya. 

"Pak Rian mau informasi apa dari saya?" Akhirnya terpancing juga Seksr dengan perkataanku. " Pernah lihat dan baca blog yang banyak gambar bunga Seruni dengan puisi-puisinya kan?" Tanyaku memulai lagi. Dan hanya anggukan kepala yang ku dapatkan. "Apa nama blognya dan siapa nama penulis blog itu?"lanjutku.

Sekar terdiam menatapku. Tak ada jawab. "Apakah itu blog Putri Bunga?" Tanyaku lagi tak sabar melihat ekspresi diamnya. 

Lagi-lagi hanya mengangguk saja jawaban Sekar. "Apakah pak Rian suka puisi-puisi itu?" Sebuah tanya meluncur manis dari Sekar. Ada ragu dan takut dalam nada tanyanya. Aku menjawabnya dalam sebait puisi terbaru milik Putri Bunga yang kubaca semalam.

"Bila nada-nada cinta bertemu

Dengan pemilik melodi hati

Dalam sebuah harmonisasi

Lara hari tak lagi menderu"

Ada raut wajah terkejut saat ku lantunkan satu bait puisi yang kubaca semalam dan langsung tertanam di kepalaku. Kuberi senyum termanisku untuknya ketika langsung disambut bait puisiku dengan lanjutan baitnya yang lain

"Saat jiwa memadukan rasa

Bunga terindah tak lagi ada

Namun kisah yang terjalani

Memberiku denyut baru sang nadi"

Kami berdua mengakhiri puisi itu dengan bersama mengucapkan "By Putri Bunga"

Nampak tersipu malu Sekar di depanku dan mulai menundukkan kepala. 

"Apakah kamu penulis dalam blog Putri Bunga, Sekar?" Suaraku memecahkan keheningan. "Dan apakah penulis lagu yang tadi saya senandungkan adalah pak Rian? " balas Sekar. Bahkan dalam keadaan begini pun Sekar membalas tanyaku dengan tanya yang lainnya. Aku tersenyum dan menganggukan kepalaku. 

Ada binar senang ku lihat diwajahnya. Dan dia juga akhirnya mengatakan kalau Putri Bunga adalah dirinya. Seorang yang rajin menuliskan puisi itu ada di depanku. Seorang yang sangat kukagumi pribadinya sejak kami berkenalan sekitar satu bulan lalu yang ternyata adalah pemuisi yang sudah berhasil mengacaukan pikiranku.

Pemuisi yang di depanku ternyata sudah diam-diam mengagumi pemusik sederhana yang suka mencipta lagu untuk mengusir sepi. Tak ada kata terucap di antara kami. Hanya sepi dalam girang hati tak terperi. Tuhan sangat baik sudah berkenan mempertemukan dua hati yang sedang saling mencari. 

Keheningan itu terpecahkan oleh suara Ardi yang memanggil namaku. "Ri, pesananmu datang" dari kejauhan saja dia memanggilku. Tak mau dia mengganggu waktuku berdua dengan Sekar di belakang villa itu. Lalu aku memberi isyarat pada Seksr untuk menunggu sejenak sementara kutinggalkan gitarku bersamanya. Aku menuju ke arah Ardi mengambil pesananku. 

Aku menitip untuk dibelikan satu ikat bunga Seruni warna warni  nursery di salah satu toko bunga  dekat villa. Saat Ardi mengajakku pergi jalan-jalan tadi. Dan Ardi nampak sangat girang. Begitu dapat pesananku, dia segera antar ke villa. Lalu dia pergi lagi. "Sukses ya" kata Ardi sambil menepuk bahuku. Sebuah doa dari seorang sahabat.

Sekar menatap lurus ke kaki bukit di halaman belakang villa. Ada banyak bunga seruni menghiasi taman di kaki bukit. Itulah mengapa Seksr memiloh duduuk di belakang villa. Duduk manis berpuisi lagi sambil menikmati seruni. 

Kehadiranku dengan seikat bunga seruni kesayangannya sangat mengejutkannya. 

"I love you, Sekar" singkat padat dan akhirnya terucap. Semua debar yang kurasa dan selalu kutahan itu akhirnya meluap dalam sebuah ungkapan rasa tak terbata. Segenap ragaku sudah mengumpulkan kekuatannya untuk menyampaikan cinta. 

"I love you too, pak Rian" tanpa ragu, Sekar yang ternyata memendam rasa yang sama, membalas tanpa jeda ungkapan rasaku. Kisah itu terpadu di waktu menjelang malam minggu ini. Aku tersenyum puas, lega, senang dan damai sore itu. 

Malam Minggu itu, dua bulan lalu, menuntun perjalanan hatiku pada si pemuisi hati pujaanku. Bila Tuhan mau dua orang bertemu, caraNya selalu di luar dugaan untuk menyatukan. Saat dua hati saling mencari dalam rindu menggebu. 

Hari itu, di antara bunga-bunga, dengan seikat bunga seruni sudah ditangannya, melodiku kembali bermain dalam untaian dentingan laguku diiringi hanya suara gitarku sendiri. Aku dan Sekar menyanyikan bersama bagian refrain lagu karyaku yang juga disukainya.

"Bila nada-nada cinta bertemu

Dengan pemilik melodi hati

Dalam sebuah harmonisasi

Lara hari tak lagi menderu


Saat jiwa memadukan rasa

Bunga terindah tak lagi ada

Namun kisah yang terjalani

Memberiku denyut baru sang nadi"

Setahun kemudian kami, pemuisi dan pemusik itu melangsungkan pernikahan. Rangkaian nada si pemusik semakin banyak ketika berpadu dengan lirik-lirik puisi dari pemuisi hati. Relasi yang terjalin dalam harmonisasi. 

 

Selamat menikmati malam minggu

TAMAT

....

Written by Ari Budiyanti

12 Oktober 2019

Note:

Seri 1 pria-tanpa-suara dan putri bunga

Seri 2 pemuisi-dan-pemusik-itu-bertemu-di-taman-bunga?page=all

#CerpenAri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun