"Saat jiwa memadukan rasa
Bunga terindah tak lagi ada
Namun kisah yang terjalani
Memberiku denyut baru sang nadi"
Kami berdua mengakhiri puisi itu dengan bersama mengucapkan "By Putri Bunga"
Nampak tersipu malu Sekar di depanku dan mulai menundukkan kepala.Â
"Apakah kamu penulis dalam blog Putri Bunga, Sekar?" Suaraku memecahkan keheningan. "Dan apakah penulis lagu yang tadi saya senandungkan adalah pak Rian? " balas Sekar. Bahkan dalam keadaan begini pun Sekar membalas tanyaku dengan tanya yang lainnya. Aku tersenyum dan menganggukan kepalaku.Â
Ada binar senang ku lihat diwajahnya. Dan dia juga akhirnya mengatakan kalau Putri Bunga adalah dirinya. Seorang yang rajin menuliskan puisi itu ada di depanku. Seorang yang sangat kukagumi pribadinya sejak kami berkenalan sekitar satu bulan lalu yang ternyata adalah pemuisi yang sudah berhasil mengacaukan pikiranku.
Pemuisi yang di depanku ternyata sudah diam-diam mengagumi pemusik sederhana yang suka mencipta lagu untuk mengusir sepi. Tak ada kata terucap di antara kami. Hanya sepi dalam girang hati tak terperi. Tuhan sangat baik sudah berkenan mempertemukan dua hati yang sedang saling mencari.Â
Keheningan itu terpecahkan oleh suara Ardi yang memanggil namaku. "Ri, pesananmu datang" dari kejauhan saja dia memanggilku. Tak mau dia mengganggu waktuku berdua dengan Sekar di belakang villa itu. Lalu aku memberi isyarat pada Seksr untuk menunggu sejenak sementara kutinggalkan gitarku bersamanya. Aku menuju ke arah Ardi mengambil pesananku.Â
Aku menitip untuk dibelikan satu ikat bunga Seruni warna warni  nursery di salah satu toko bunga  dekat villa. Saat Ardi mengajakku pergi jalan-jalan tadi. Dan Ardi nampak sangat girang. Begitu dapat pesananku, dia segera antar ke villa. Lalu dia pergi lagi. "Sukses ya" kata Ardi sambil menepuk bahuku. Sebuah doa dari seorang sahabat.