Sekar menatap lurus ke kaki bukit di halaman belakang villa. Ada banyak bunga seruni menghiasi taman di kaki bukit. Itulah mengapa Seksr memiloh duduuk di belakang villa. Duduk manis berpuisi lagi sambil menikmati seruni.Â
Kehadiranku dengan seikat bunga seruni kesayangannya sangat mengejutkannya.Â
"I love you, Sekar" singkat padat dan akhirnya terucap. Semua debar yang kurasa dan selalu kutahan itu akhirnya meluap dalam sebuah ungkapan rasa tak terbata. Segenap ragaku sudah mengumpulkan kekuatannya untuk menyampaikan cinta.Â
"I love you too, pak Rian" tanpa ragu, Sekar yang ternyata memendam rasa yang sama, membalas tanpa jeda ungkapan rasaku. Kisah itu terpadu di waktu menjelang malam minggu ini. Aku tersenyum puas, lega, senang dan damai sore itu.Â
Malam Minggu itu, dua bulan lalu, menuntun perjalanan hatiku pada si pemuisi hati pujaanku. Bila Tuhan mau dua orang bertemu, caraNya selalu di luar dugaan untuk menyatukan. Saat dua hati saling mencari dalam rindu menggebu.Â
Hari itu, di antara bunga-bunga, dengan seikat bunga seruni sudah ditangannya, melodiku kembali bermain dalam untaian dentingan laguku diiringi hanya suara gitarku sendiri. Aku dan Sekar menyanyikan bersama bagian refrain lagu karyaku yang juga disukainya.
"Bila nada-nada cinta bertemu
Dengan pemilik melodi hati
Dalam sebuah harmonisasi
Lara hari tak lagi menderu