Anak kecil yang selalu mendapat satu bunga merasa kurang puas. Pernah ku bilang padanya. "Kenapa hanya satu bunga, aku mau lebih banyak lagi ksatria baja hitamku"
Andi tampak berpikir keras, dan keesokan
Andi tersenyum, membawakanku banyak bunga kecil-kecil di tangannya. Warnanya pink. Aku terheran-heran. Ada bunga sekecil itu. Kami tak pernah tahu nama bunga itu. Saat kutanyakan, Andi hanya bilang, bunga pink di tepi jalan.Â
Selintas memori masa kecil menyapaku saat kami sesaat hanya berdiam dalam tatap mata hening.Â
"Apa kau ingat bunga-bunga pink kecil itu?"
Andi seolah membaca pikiranku. Dia seperti bisa menebak lamunanku. Anggukan kepala mengiyakan jawaban pertanyaannya.Â
"Bunga terakhir yang kuberikan padamu di masa kecil"
Benar, hari terakhir Andi menemuiku karena ke esokan harinya, aku sudah dibawa pindah ke kota lain oleh kakek nenek saat papa mama pergi ke luar kota dan tak pernah kembali. Ya karena peristiwa mobil naas itu.
"Itu mengapa selalu kau bawakan seikat bunga, bukan setangkai bunga kan?"
Gantian kini Andi yang mengangguk. Lalu dia berpamitan pulang untuk bersua lagi di akhir minggu.Â
.....