Bagi Elsa, siang ini begitu buruk dan menyebalkan. Merry menghampiri dirinya, mengajak untuk ke perpustakaan bersama dengan sedikit memaksa. Mereka tak cukup dekat sebenarnya, tapi sejak Elsa berpacaran dengan Abin, mereka mengenal satu sama lain,” tak lebih.
Masih kelas 1 SMA, punya senyum tipis yang begitu manis, mata sipit yang memuaskan cahaya lembut nan hangat, juga tubuh langsing ideal yang menjadi idaman semua murid perempuan — tentu saja berbeda dari Elsa yang kurus tanpa bentuk.
🥀🥀🥀🥀
"Elsa!"
Hampir berjalan keluar gerbang sekolah, Elsa mengehentikan langkah, lalu menepi alih-alih menghalangi jalan murid lain yang juga punya urusan sepulang sekolah.
Jack berjalan mendekat dengan Merry memegang tangannya, berjalan sedikit di belakang dengan wajah menunduk.
"Kenapa? Mau minta maaf?" Elsa mengungkit perihal dirinya yang terdorong tadi. Namun sayangnya Jack tak merasa bersalah.
"Harusnya lo yang minta, lo tuh gak punya kasihan banget jadi orang, udah tau Merry pingsan, kenapa lo malah diem aja, cuma ngelihatin?"
Elsa mengedarkan pandangan, jengah. Ia muak dengan sikap lemah Merry yang menyita seluruh perhatian — termasuk atensi Abin yang harusnya menjadi milik Elsa sebagai pacar.
"Terus? Kan lo juga tau sendiri semua orang bantuin dia?! Terus aku harus sempit-sempitan sama mereka gitu?"
Memang Elsa bersalah, ia mengabaikan ketika sosok yang berada di sampingnya itu mendadak terjatuh.