Elsa menatap malas kerumunan murid di depannya. Seorang gadis berambut hitam lurus tengah terbaring tak berdaya, pingsan.
Brukk!
Seorang pemuda berbadan tinggi menyenggol tubuh kurus Elsa hingga terantuk tembok. Dengan kesal ia balas menendang kaki sosok itu dengan kedua tangan berkacak pinggang, menatap nyalang.
"Woi, jangan mentang-mentang gue kurus ya, terus lho bisa seenaknya dorong-dorong!"
"Sorry sorry," pemuda itu berucap tanpa menoleh, membuat Elsa semakin kesal pada sosok manis yang terbaring di sana,” Merry, sahabat dari kekasihnya yang bernama Abin.
"Kok Merry bisa pingsan, sih? Tadi waktu jalan sama kamu masih baik-baik aja, kan?" Tanya seorang yang baru muncul setelah pria yang menyenggol Elsa tadi berlalu menggendong Merry. Ya, namanya Jack dan dia adalah kekasih Merry.
"Mana ku tau, dia kan emang sering pingsan, kayak gak tau aja," Elsa melipat tangan di depan dada, menatap malas pada wajah kecemasan si kekasih yang terlihat jelas.
"Kenapa?" Elsa berujar, "Sana ke UKS, liat sahabatmu itu. Kelas ku bentar lagi di mulai, duluan ya."
Elsa berjalan mendahului Abin, tanpa menoleh atau melambai. Berbeda dengan reaksinya dulu, ketika Abin masih dalam fase pendekatan, Elsa begitu manja dan manis. Namun sekarang, ketika mereka berpacaran dan tau lebih banyak tentang satu sama lain ... yang ada hanya rasa muak. Sungguh.
"Bodoh, kenapa juga aku harus perduli sama Merry. Aku gak pernah kenal dia sebelum Kak Abin kenalin aku sama perempuan penyakitan itu. Huh, udah punya pacar, masih aja banyak tingkah," gerutu Elsa sembari berjalan menuju kelasnya yang mulai terlihat.