Aku lantas pergi meninggalkanya yang sepertinya masih tidak percaya dengan apa yang barusaja dia dengar. Tetapi dia tidak menyerah sampai disitu saja. Dia terus saja menanyai ku dengan pertanyaan yang sama berulang-ulang kali hingga aku mulai kesal mendengarnya. Aku pun menyerah menghentikan langkahku dan berbalik. Dengan sedikit kesal aku membalas pertanyaanya dengan pertanyaan.
"Emang kamu gak akan pulang?"
"Jalan pulang aku lewat sini kok. Jangan-jangan kita searah lagi?"
"Mungkin."
"Wah...., kebetulan sekali. Kalo kita temenan nanti kita bisa aku bisa jadi temen kamu pulang."
"Gak, makasih. Aku lebih suka pulang sendiri."
" Eh...., dari tadi jawabanya kok enggak terus sih? Oh iya, Gimana kalo kita sekarang tukaran nomor handphone dulu aja? Gimana? Mau gak?"
Untuk kesekian kalinya menghembuskan napas lagi. Yaudah lah dari pada di ganggu terus mending kasih aja nomor handphonenya. Aku pun mengeluarkan handphone dan memberian nomorku.
"Oke makasih. Oh iya, aku belum tahu nama kamu."
"Arata. Nama aku Arata."
"Oke sekali lagi makasih ya Arata. Samapi ketemu besok."