Meski setelahnya Arya seperti langsung tersadar dan buru-buru meminta maaf, kecurigaan saya makin hari makin subur dan subur saja. 98% saya sudah yakin kalau mereka berdua ada hubungan spesial. Sisa 2%-nya hanya menunggu konfirmasi dari salah satu dari mereka.
Lalu pada suatu malam, saya berhasil menyudutkan Arya untuk bicara 4 mata. Dan ... yah. Singkat cerita, Arya mengaku.
Bahwa dirinya adalah penyuka lelaki. Bahwa dia sempat jadi korban pelecehan saat masih remaja. Bahwa Ryan adalah BF(boyfriend)-nya sejak masih kuliah dulu.
Bahwa Arya meninggalkan Kota X kembali ke kampung halamannya (kota kami saat itu), semata karena ingin bertobat dan ingin meninggalkan kehidupan kelamnya. Termasuk meninggalkan Ryan.
Bahwa Arya mengaku sungguh-sungguh menyayangi saya yang menurutnya mengingatkan akan sosok mendiang adiknya. Bahwa menurutnya dia sudah berusaha sekuat tenaga dan melakukan segala cara untuk bisa mencintai perempuan.
Namun pada akhirnya, Arya memang tidak bisa membohongi diri sendiri. Dia belum sanggup menghapus jejak Ryan dari hatinya. Dari hasrat terdalamnya.
"Ra. Sekarang lo tahu aslinya gue. Inilah gue, Ra. Cowok yang lo sayang. Cowok yang selalu lo puji baik dan manis di depan orang-orang, aslinya begini. Gue nggak tahu, apa buat minta maaf ke lo pun masih layak atau nggak. Tapi satu hal, Ra. Kalau setelah ini lo nggak mau kenal gue lagi, gue paham ..."
Malam itu, hati saya remuk. Meski sudah menduga dan mempersiapkan diri sebelumnya, namun mendengar pengakuan langsung dari Arya tetap semenyakitkan itu ternyata.
Dan malam itu juga, saya juga menyadari sesuatu yang lain, bahwa Ryan bukan orang ketiga dalam hubungan kami. Justru sayalah orang ketiganya.
Move On, Tak Semudah Itu, Fergusso!
Hubungan kami berakhir. Tentu saja. Namun perkara berhenti mencintai atau pindah ke lain hati ternyata menjadi babak perjuangan tersendiri di hidup saya.
Tidak ada yang lebih menyakitkan ketimbang berusaha membenci sesuatu atau seseorang yang sebelumnya sangat kita cintai.