Ya, dia masih tetap Arya yang kalem dan tenang di depan umum, namun kali itu, saya bisa merasa ada kegelisahan besar yang dia sembunyikan. Arya mulai sering menyendiri.
Arya sering menjauh kala mengangkat telepon, dan selalu berbicara dengan nada tak sabar pada seseorang. Belum pernah saya mendengarnya berbicara begitu pada siapapun sebelum ini. Sekali waktu, saya juga pernah memergokinya melamun dengan mata berkaca di belakang kantor kami.
Saya mengingat-ingat, kapan tepatnya Arya jadi demikian aneh begitu. Kalau tidak salah sudah beberapa waktu, tepatnya setelah dia kembali dari masa cutinya akhir tahun lalu.
Arya sempat cerita, waktu cutinya dihabiskan untuk menemani seorang teman lama dari kota X yang kebetulan sedang berlibur. Saya sempat lihat foto liburan mereka di Facebook. Dari FB pula saya tahu teman Arya itu. Seorang cowok ganteng bernama Ryan.
Arya sudah lama kenal Ryan sejak keduanya masih sama-sama kuliah bertahun-tahun lalu. Saat ini, Ryan merupakan abdi negara di salah satu instansi pemerintahan sembari menyelesaikan S2-nya.
Yang mengherankan saya, mengapa selepas cuti yang bersamaan dengan kembalinya Ryan ke Kota X, Arya benar-benar menjadi seperti orang lain? Saya bahkan sempat merasa Arya seperti sengaja menghindari saya karena malas ditanya-tanya.
Jujur, selama ini saya sudah sempat curiga kalau Arya itu tidak normal, dalam artian orientasi seksualnya menyimpang.
Pembawaan Arya itu terlalu gemulai untuk ukuran laki-laki pada umumnya. Plus dalam beberapa kali kesempatan, saya juga pernah memergoki Arya menatap dalam-dalam seorang pria di tempat-tempat yang pernah kami kunjungi bersama.
Tapi saat itu, saya tidak berani berspekulasi terlalu jauh. Zaman itu, LGBT belum booming seperti sekarang. Saya tidak pernah punya cukup bukti maupun pengetahuan untuk sekadar menduga-duga.
Namun kian hari, keanehan Arya kian nyata. Bahkan di satu momen, Arya sampai membentak ketika saya tanya Ryan itu siapa dan saya bilang saya nggak suka Arya terlalu sering menelepon Ryan.
"Dengar ya Ara! Ryan itu sahabat gue. Orang penting dalam hidup gue. Lo kenal gue berapa tahun sih? Lo itu nggak tahu apa-apa soal gue. Ryan yang tahu! Apa haknya lo larang-larang gue telepon Ryan?"