Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fiksi Horor dan Misteri] Rental Tuyul

30 September 2016   15:42 Diperbarui: 30 September 2016   17:09 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan nada bicara bak sales asuransi, Audy, perempuan muda berambut pirang itu fasih menjelaskan jenis-jenis tuyul yang mereka sewakan.

"Saat ini, tuyul impor asal Mesir yang lagi naik daun, Mbak. Kemampuannya membawa pulang logam dan batu mulia lebih memuaskan customer ketimbang tuyul lokal kita yang spesialisasinya uang. Trennya memang bergeser ke barang dan perhiasan, karena makin sedikit masyarakat kita yang megang uang cash..."

Terus terang, aku hanya separuh mendengarkan. Siapa juga yang tertarik memelihara tuyul? Konyol dan tak masuk akal. Aku justru lebih tertarik dengan dengan botol-botol aneka bentuk dan warna yang terpajang apik di etalase dan rak-rak tinggi yang mengelilingi dinding. Masing-masing botol ditempeli label mirip kemasan obat.

Mendadak, mataku tertuju pada sebuah botol sewarna tomat yang bentuknya mirip labu erlenmeyer. Tak seperti ratusan botol yang lain yang tersusun berdampingan, botol yang satu itu tampak terasing di dekat printer. Entah mengapa, kala menatapnya, aku mendadak gelisah.

"Oh..., itu Bolu," kata Audy yang mengikuti pandanganku yang nanar.

"Bolu?" aku mengerjap, bingung.

"Bolu. Bocah lucu. Tuyul lokal, Mbak. Sudah lama ga kami sewakan lagi..."

"Kenapa?" tanyaku ingin tahu.

"Servis-nya mengecewakan, Mbak. Suka salah ngambil uang. Terlalu emosional juga, jadi customer pada komplain..."

Aku manggut-manggut, meski tak sanggup mengalihkan tatapan dari botol yang sepertinya kosong itu.

"Sebetulnya sudah pengen saya buang, Mbak. Ngerepotin sih. Cuma nggak tahu, Boss saya sayang banget sama dia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun