Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sandhyakalaning Baruklinting -Tragedi Kisah Tersembunyi (Episode #11)

20 April 2023   12:01 Diperbarui: 22 April 2023   09:48 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang prajurit jaga gerbang depan benteng Ndalem Mangiran itu datang menghampirinya. Prajurit itu mengabarkan bahwa Guntur Geni, putra Ki Ageng Wanabaya meminta ijin untuk bertemu. 

"Suruhlah Guntur Geni masuk. Aku menunggunya di sini", ujar orang nomor satu di Mangir itu kepada prajurit jaga itu. Si prajurit jaga itu lalu beringsut meninggalkan tempat dan pergi kembali ke arah gerbang depan. 

Tak lama Guntur Geni tampak datang dan Ki Ageng Wanabaya menyambutnya. 

"Sungkem saya untuk panjenengan, Bapa", kata Guntur Geni. Dia duduk di samping bapanya. "Lama kita tak bertemu, ngger Guntur Geni. Sehat bagas kewarasan selalu dirimu", kata Ki Ageng Wanabaya. Dia gembira mendapat kunjungan putranya, buah tali kasih dari istrinya putri Juwono itu. 

"Apa yang menjadi kegundahan hatimu?", tanya Ki Ageng Wanabaya. Gutur Geni terkejut karena bapanya itu seolah tahu menebak apa isi hatinya. Guntur Geni menunduk. 

"Panjenengan piyantun winasis, mengerti apa yang menjadi kegundahan hatiku", kata Guntur Geni. "Saya kemari untuk menanyakan suatu hal, mengenai perayaan di luar sana. Apa yang telah terjadi, Bapa?", tanya Guntur Geni kemudian. 

Ki Ageng Wanabaya menarik napas dalam. Dia mengerti bahwa pertanyaan itu mengandung rasa kurang suka di benak putranya itu. 

"Ngger putraku, pesta perayaan itu adalah pesta syukur dan gembira oleh semua penduduk Mangir. Sesekali kita merayakan secara meriah", kata Ki Ageng Wanabaya. 

"Pesta sedemikian meriah itu, selama beberapa hari, apakah tidak terlalu berlebihan, Bapa. Setahu saya, semenjak kecil pun saya belum pernah mengalami pesta semeriah itu", ujar Guntur Geni. "Saya mendengar kabar, bahwa pesta itu untuk menyambut kedatangan panjenengan dan seorang bernama Baruklinting sebagai kerabat inti Sentana Mangir. Benarkah demikian, Bapa", lanjut anak muda itu kemudian. 

Ki Ageng Wanabaya menatap dalam dalam putranya itu. Dia menyadari bahwa hati anak muda itu diliputi rasa irihati atau cemburu. Memang Ki Ageng Wanabaya memahami perasaan itu, sebab baru kali ini dia membuat suatu perayaan khusus yang melibatkan hampir semua penduduk Mangir untuk turut berpesta gembira. 

Lalu dengan hati-hati dia berusaha meredam kegundahan anaknya itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun