Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Hidup terus bergulir, kau bisa memilih diam atau mengikutinya, mengacuhkan atau mempelajarinya. Merelakan, atau meratapinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

ABC untuk Z

22 April 2016   15:17 Diperbarui: 22 April 2016   15:26 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zahra sudah menunggu di dalam mobil, menantikan kebebasan Chandra. Sejenak dia merenung mengenai tiga orang yang mengisi kehidupannya ini. Merenungkan bagaimana mereka bertiga dapat selalu menyentuhnya dengan cara yang sama. Seakan dia tidak kehilangan Adri maupun Bayu sama sekali, karena mereka berdua muncul lagi dalam diri Chandra.

Yang dibicarakan oleh benaknya melangkah keluar dari pintu gerbang penjara yang untuk sejenak terbuka. Chandra lalu dengan tenang berjalan ke arah mobil Zahra. Penantian sepuluh tahun Zahra untuk dirinya semakin menyadarkannya bahwa dia tak boleh kehilangannya lagi. Maka benaknya pun berusaha mencari cara. Menghampiri mobil Zahra, Chandra tersenyum.

"Terimakasih, sayang," ujarnya dengan mendalam.

"Kembali, sayang," balas Zahra sambil berpindah tempat duduk. "Kau masih ingat cara menyetir mobil, bukan?" ujarnya kemudian, setengah bercanda setengah menggoda.

"Tentu, sayang," jawab Chandra setengah tertawa.

Mengecek semuanya seakan baru pertamakali berkendara, Chandra lalu menyalakan mesin mobil itu. Dia baru teringat kaca belakang yang belum dia sesuaikan. Dan ketika sudah pas, dilihatnya sebuah mobil di belakang mereka menyalakan lampu tembak beberapa kali. Tersilau karenanya, dia butuh beberapa saat untuk melihat dengan jelas kembali. Wanita anggun misterius itu yang menyetir mobil di belakang.

Chandra lalu tertawa.

"Kenapa, sayang?" Zahra bertanya sambil menoleh ke arahnya.

"Oh, tidak, aku hanya teringat akan sesuatu yang lucu."

Chandra menertawakan kebodohannya. Jelas sudah ia tidak dapat menghindari wanita anggun itu. Karena bukan dia yang dikehendaki, melainkan Zahra. Dia hanyalah alat yang digunakan oleh wanita anggun itu. Sehingga dia tinggal memilih, akan terus-terusan membiarkan orang lain mati, yang entah berapa lagi, dan kemudian terus membohongi Zahra agar dapat terus bersamanya. Atau melakukan yang dikehendaki oleh wanita anggun itu.

Mereka sudah memasuki jalan kini. Dan ketika Chandra melihat kembali ke arah kaca belakang, dia sudah tak melihat lagi mobil wanita anggun itu. Namun dia tau itu bukan meniadakan tujuan yang harus dia penuhi. Kembali melihat ke jalanan, di kejauhan ia melihat ada truk kontainer dari arah berlawanan. Chandra lalu menolehkan pandangannya ke arah Zahra dan melemparkan senyum terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun