Bayu berlari bergegas menghampiri mobilnya. Dia tak tahu bagaimana cara melarikan diri dari wanita anggun itu, namun jelas sudah ia tak akan menunggu wanita itu untuk menghampirinya begitu saja. Baru sampai di pelataran parkir dan hendak mengeluarkan kunci mobilnya, seseorang bertopeng menodongkan pistol ke arah kepalanya.
"Serahkan uangmu! Cepat!" teriaknya dengan tertahan, namun dengan kepanikan yang kentara. Begitulah sifat pertama kali. Chandra berusaha meredakan kepanikannya itu dengan memikirkan kekasihnya yang sudah hendak dijodohkan orangtuanya dengan lelaki lain bilamana ia gagal melamarnya dengan persyaratan sejumlah uang yang tidak sedikit. Sedangkan penghasilannya pas-pasan. Cinta memang butuh pengorbanan, batinnya berusaha membenarkan tindakannya itu.
Bayu tersentak, namun berusaha meraih ketenangannya kembali. Ia tak ingin mati konyol seperti ini. Dan lebih dari itu, ia sudah jelas tak ingin mati lagi.
"Tenang, Bung, akan kuserahkan, ini, ini," kata Bayu sambil mengeluarkan dompetnya.
Merampas dompet tersebut dan membuka isinya, Chandra menyadari jumlahnya tidak cukup. Dia lalu melihat ke arah pria yang sedang ditodongnya itu.
"Tidak cukup, Bung, tidak! Kau punya yang lainnya?!" dia menghampiri Bayu untuk memeriksa apakah ada perhiasan berharga yang sedang dipakainya saat ini.
Sekelebat pikiran nekat melesat ke benak Bayu. Bagaimanapun dia tak dapat merelakan untuk menyerahkan mobilnya saat ini. Khusus untuk saat ini, dimana dia harus bisa melarikan diri secepatnya dari sini. Bayu lalu berusaha merebut senjata yang sedang ditodongkan ke arahnya itu. Sekelebat pikiran lagi menyatakan siapa tau senjata ini dapat berguna untuk menghadapi wanita anggun itu.
Chandra semakin panik ketika ia mendapatkan perlawanan pria yang hendak ditodongnya itu. Mereka lalu bergumul untuk memperebutkan benda yang begitu penting pada saat ini.
Dorr!
Letusan pistol itu menyudahi pergumulan. Tubuh Bayu pun ambruk. Chandra bergidik menyadari hal itu. Ini bukan kejadian yang diharapkannya. Lebih dari itu, menyentak pikirannya sehingga tersadar akan kesalahannya yang sudah melangkah terlalu jauh atas nama pengorbanan cinta. Pistol yang ada di genggamannya itu dia buang. Dia lalu menatap ke tubuh pria yang sekarang sudah jadi korban penembakannya itu. Sepertinya tak bergerak. Dia belum dapat memastikan di bagian mana dia menembak pria malang ini.
Chandra lalu berlutut untuk memastikannya. Namun ketika tangannya menyentuh lengan pria malang itu, jiwanya ditarik dengan kencang, lalu dilemparkan menuju kekosongan. Tak lama kemudian ia menundukkan kepala.