Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Hidup terus bergulir, kau bisa memilih diam atau mengikutinya, mengacuhkan atau mempelajarinya. Merelakan, atau meratapinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

ABC untuk Z

22 April 2016   15:17 Diperbarui: 22 April 2016   15:26 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau telikung kau melengkung pun, kau sogok kau sodok pun, tetap kau takkan bisa mencurangiku -dari yang selalu menunggumu sampai kapanpun.

"Perasaan apa ini?" Adri memegang kedua tangan Zahra dan menatap matanya dengan penuh arti, memainkan permainan yang hanya mereka berdua ketahui.

"Perasaan aku baik-baik saja," jawab Zahra dengan nada setengah menggoda setengah mencanda. Adri tertawa, lalu menatap serius ke bola mata yang sudah mengikatnya itu.

"Kita akan selalu bersama," ujarnya lembut lalu kedua bibir mereka berpagut. Mereka sedang berada di kafe langganan mereka, kafe tanpa nama, juga tak ternama, hanya sebuah kafe sederhana namun punya banyak cerita. Karena disinilah cerita mereka bermula.

Selesai memagut asmara mereka, Adri lalu melayangkan pandang ke sekitar kafe itu, dia sering melakukannya. Dia menyukai kafe itu karena inilah salah satu alasannya. Kafe itu berada di pinggir jalan yang cukup besar namun lengang. Di seberangnya ada sungai, dengan tembok menurun di kedua sisi, dan pepohonan mahoni meneduhkan mereka yang menjejakkan kaki di pedestrian, entah sekedar menghabiskan waktu atau mengejar kehidupan. Adri lalu memperhatikan wanita yang sedang duduk di halte bus yang berada tepat di seberang kafe, sebagaimana sering ia lakukan sambil duduk di meja favoritnya di kafe itu, memperhatikan orang-orang.

Wanita itu duduk dengan anggun, mungkin sedang menunggu bus, benak Adri. Ada satu hal yang menarik perhatiannya, entah mengapa, seakan dengan melihat wanita itu saja sudah menimbulkan sensasi tersendiri. Zahra yang selesai menyeruput latte nya itu, melihat ke arah Adri, merasakan mimiknya yang tak biasa, lalu mengikuti arah kemana Adri memandang. Sebuah bus yang sedang mengambil penumpang.

"Ada apa?"

"Ah tidak, tidak ada apa-apa," ujar Adri seakan kesadarannya kembali. Zahra mengangkat bahu, lalu Adri berusaha menghilangkan canggungnya dengan turut menyeruput minumannya. Ia lalu bertanya kepada Zahra tentang bagaimana jalannya hari ini dan lalu mereka berdua terlibat dalam percakapan yang hangat kembali.

Tak lama setelah percakapannya yang terakhir menjeda, Adri seakan ditarik sebuah magnet untuk kembali melihat ke arah tempat wanita itu berada tadi. Karena seharusnya dia sudah pergi dengan bus itu. Namun masih ditemuinya wanita itu disitu, masih lengkap dengan keanggunannya yang misterius. Dan kali ini wanita itu melambaikan tangannya. Bukan untuk memanggil, tetapi Adri merasakan demikian. Dia pun beranjak dari kursinya.

"Eh, kenapa Dri?" tanya Zahra sedikit kebingungan.

"Tidak, aku hanya melihat sesuatu," jawab Adri singkat lalu mulai melangkahkan kaki untuk keluar dari pelataran kafe itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun