"Kalau aku masuk kuliah, ayah dan bunda mau dapat uang darimana. Aku tidak mau menambah beban ayah dan bunda, cukup keluarga kita mengalami kebangkrutan. Aku tidak ingin membuat ayah lebih bekerja keras lagi untukku, ayah pasti lelah." Jawabku
"Huft. Kenapa kau berfikir seperti itu, nak. Ayah bekerja untukmu dan bunda, ayah ini kepala keluarga, sudah semestinya ayah bertanggung jawab atas segala keperluan mu." Balas ayah
"Tapi ayah, aku tidak tega melihat ayah banting tulang hanya karena aku ingin berkuliah."
"Sudahlah, nak. Kau tidak perlu memikirkan seperti itu, kau hanya perlu belajar yang rajin jika ingin meraih impianmu. Jangan berfikir tentang biaya, jika ada keinginan pasti ada jalan keluarnya. Sudah, sekarang tidurlah."
Mendengar nasihat ayah membuatku berfikir dan tidak bisa tidur karena memikirkannya dengan keras. Ah, aku lupa saat sosialisasi tentang perguruan tinggi, ada jalur yang mengandalkan nilai rapor, yaitu jalur SNBP.
Pagi hari pun datang, dengan bersemangat aku menghampiri kedua orang tuaku yang telah berkumpul di ruang makan.
"Ayah, bunda, aku telah memutuskan ingin masuk kuliah menggunakan jalur nilai rapor. Doakan Lia ya, yah, bun?"
"Alhamdulillah, Ayah dan Bunda pasti akan selalu mendukungmu, nak." Jawab bunda dengan tersenyum
"Jika butuh apapun itu, bilang ke ayah ya, nak? ayah pasti berusaha jika itu buat anak ayah." Jawab ayah dengan bangga
Aku pun tersenyum dan memeluk kedua orang tuaku.
Hari-hari berlalu hingga tanpa terasa sekarang sudah mendekati hari kelulusan. Pendaftaran Perguruan tinggi jalur SNBP pun telah dibuka, jujur saja aku takut tidak diterima, karena peminat jurusan kedokteran sangat banyak di kampus yang aku impikan.