Mohon tunggu...
Dian Rahmawati (anra)
Dian Rahmawati (anra) Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

mahasiswi prodi Sastra indonesia di universitas Pamulang.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Sepucuk Surat untuk Mara

4 Juli 2023   23:50 Diperbarui: 5 Juli 2023   00:17 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu hari sebelum hari pernikahan, Saga menyiapkan sesuatu. Sama sepertinya di Tahun sebelumnya, Ia membelikan Mara barang yang sekiranya Mara butuhkan atau Mara sukai. Tetapi tahun ini adalah tahun terakhir Saga memberikan Mara hadiah ulang tahun, karena tahun berikutnya, Saga tak akan memberi apa-apa. Karena rasanya tak pantas jika ia berlebihan kepada iparnya itu.

Hari esok, ia akan mendampingi kakak sulung nya itu, menikah dengan pujaan hatinya. Saga tak bisa berbuat apa-apa lagi, ia hanya pasrah dan berdoa meminta kepada Tuhan agar pujaan hatinya itu tetap bahagia, walau tak bersamanya.

Sesudah ia menyiapkan kado yang akan ia bawa besok, ia menuju kamar kakak sulungnya itu, sedikit penasaran dengan apa yang sudah kakaknya persiapkan untuk calon istrinya.

"mas hadiahin Mara apa?" tanya Saga dengan wajah polos dan langsung duduk di tepi kasur, tepatnya di samping Janu.

"beberapa novel yang belum sempat di beli oleh Mara, dan juga beberapa gantungan kunci kelinci, Ga," jawab Janu yang kemudian kado yang sudah siap untuk di kasih itu di taruh di atas meja kerjanya.

"ohh,"

"kenapa Ga? Tidak romantis ya?"

"Iya, tetapi ya tidak apa-apa. Toh pasti Mara suka,"

Mara tak suka barang mewah seperti anak orang kaya lainnya. Beberapa kado tak mahal yang di beri Tahun lalu oleh sahabat-sahabatnya Mara, setau Saga sampai sekarang masih ada, masih terpajang di rak buku putih milik Mara. Asalkan bermanfaat, Mara pasti akan mengambilnya dan menjaganya sampai akhir hayatnya.

Padahal pagi hari Saga akan mendampingi Janu, tetapi sampai dini hari ia belum tidur. Pikirannya berisik, hatinya merasakan sesak di dada, tetapi ia hanya diam. Menangis pun seperti tertahan. Begitupun dengan Mara, netranya terus terbuka menatap atap. Meratapi nasibnya yang sangat-sangat perihatin. Sampai akhirnya ia harus beranjak mandi, dan bersiap-siap untuk di rias oleh Makeup artist yang sudah ia pilih bersama mamanya dan juga calon suaminya, Janu.

Sebelum Mara duduk untuk di rias, ia memeluk mamanya itu, memeluk dengan erat karena rasa sakit di dadanya benar-benar menyakitinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun