Mohon tunggu...
Dian Rahmawati (anra)
Dian Rahmawati (anra) Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

mahasiswi prodi Sastra indonesia di universitas Pamulang.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Sepucuk Surat untuk Mara

4 Juli 2023   23:50 Diperbarui: 5 Juli 2023   00:17 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"serius. Nanti minggu depan kita buat lamaran ya Janu, biar kamu dan Mara segera menikah"

Janu hanya membalasnya dengan satu kata dan menggangguk kecil.

Bukannya Janu tak ingin membantu adiknya, disaat seperti ini, tetapi ia juga bingung, karena menyangkalpun pilihan ayahnya pasti sudah bulat. Anak sulung pak Utami, Janu, adalah anak yang paling nurut dan taat pada Ayahnya. Sedangkan Saga, sebaliknya, ia tak begitu taat pada ayahnya. Saga ingin selalu membuat jalan menuju suksesnya dengan peta yang telah ia buat sendiri, salah satunya adalah Menikahi Mara. tetapi sayangnya, Ayahnya adalah sang perusak Peta. Walaupun dengan anaknya sekalipun.

"ayah? Ayah masih marah dengan saya perihal jurusan kuliah yang Saya pilih? Karena saya tidak mau menjadi salah satu penerus di perusahaan ayah? Ayah, Saya selalu nurut dengan Ayah, saya selalu mengikuti apa yang ayah mau. Hanya perkara saya tak mau mengikuti perintah ayah sekali, ayah sedendam itu dengan Saya? Saya anak ayah, saya sama seperti mas Janu. Lalu, bagai-"

Belum juga omongannya kelar, tiba-tiba Kakak sulungnya, Janu, memotong pembicaraan Saga, agar Adiknya itu berhenti dan diam.

"Saga, sudah Saga!"

"Saga, ayah menginginkan kedua anak ayah menjadi penerus perusahaan, tetapi kamu justru memilih jalan lain, Padahal sudah ayah siapkan jalan untukmu. Ayah berusaha untuk anak ayah, bukan untuk orang lain tetapi kamu seperti tidak bisa menghargai ayah, Saga."

"yasudah terserah ayah!"

Dengan segera ia bangkit dari duduknya dan pergi ke kamarnya. Rasa kesal dan sedih menjadi satu, rasanya ia ingin marah, tetapi percuma karena ia Tahu ayahnya kalau sudah memilih opsi pasti sudah tak ada penyangkalan lagi. Kakak sulungnya itu menyusulnya ke kamar, dan berusaha menenangkan adiknya itu.

"Ga, maaf kan mas yang tak bisa membantu mu sedikitpun. Mas juga tersiksa dengan pilihan Ayah, tetapi mas tak bisa berbuat lebih, Saga."

Saga menatap Janu dengan netra yang sedih. "mas kenapa kalau mas tersiksa tidak ajukan penolakan juga? Kenapa justru diam? Bagaimana dengan kekasih mas? Mas terus bagaimana dengan renc... ah.." Saga menghela nafasnya kasar. Janu hanya bisa menepuk-nepuk punggung adiknya itu. Hening, dan sedikit redup di dalam Kamar Saga, karena hanya lampu tidur saja yang hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun