Mohon tunggu...
Dian Rahmawati (anra)
Dian Rahmawati (anra) Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

mahasiswi prodi Sastra indonesia di universitas Pamulang.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Sepucuk Surat untuk Mara

4 Juli 2023   23:50 Diperbarui: 5 Juli 2023   00:17 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saga sudah berusaha dengan sebisanya, semua sudah ia lakukan, sampai ia mau mengkorbankan hidupnya juga, tetapi sayang, hasilnya tetap nihil. Saga dan Mara di fase menerima semua kenyataan yang menyakitkan ini. Kenyataan yang menyakiti keduanya, tetapi keduanya tak bisa apa-apa. Sudah banyak pengorbanan, tetapi entah kemana perginya pengorbanan itu. Entah ayah Saga memikirkannya atau tidak, tetapi ia telah menyakiti 3 insan sekaligus.

Hari dimana Mara di lamar oleh Janu, Saga tak ikut, ia tak ingin sukarela menyaksikan kesakitan yang dalam waktu lama akan ia rasakan. Saat proses pengharapan itu terjadi, Mara sangat cantik, Janu sampai ikut terkagum dengannya. Janupun bingung, ia harus bahagia atau sedih dengan semua rencana yang sudah di susun oleh ayah bundanya.

Papa Mara dan Ayah Saga merencanakan pernikahan Mara dan Janu akan di selenggarakan di saat hari dimana Mara berulang Tahun. Hari tak bahagia itu, akan terjadi dibarengi oleh hari dimana Mara sangat berbahagia, hanya terjadi sekali dalam setahun, tetapi sayangnya yang akan ia rasakan Tahun ini adalah rasa sakit dan kecewa.

Untuk pertemuan terakhir, Janu menjemput Mara untuk bertemu dengan Saga, mantan kekasih Mara. Janu menemani Mara, karena Mara hanya boleh pergi bersama Janu sebelum pernikahan dilakukan. Janu meninggalkan keduanya di restoran cepat saji, untuk waktu yang cukup lama, karena ia membiarkan mereka untuk berpamitan sebelum akhirnya Mara menjadi istrinya.

"Sudah, jangan sedih kecil. Kan mas Janu sama seperti Mas, Cuma memang beda wajah saja hahaha," bohong kalau Saga juga tak merasakan sakit. Ia sakit, sakit itu semua bersarang di dadanya. Ia sangat ingin marah, tetapi untuk apa? Toh akhirnya akan sia-sia.

"Mas kenapa ketawa si? Aku sungguh tidak mau, haruskah ini tetap berjalan? Tak bisa kah kita mati bersama saja?" jawab Mara dengan netra yang sedikit sembab. Saga berusaha menenangkan mantan kekasihnya itu, kepala yang lebih kecil di elus-elusnya dengan Kasih yang mungkin tak akan pernah ada batas waktunya itu.

"Tidak boleh seperti itu ya Kecil. Oke? Nanti Mas kirimkan lukisan kelinci lucu lagi, oke?"

Saga sangat senang membuatkan Mara lukisan, entah lukisan wajah Mara atau Lukisan kelinci putih yang lucu, hewan yang sangat Mara sukai. Saga membujuk Mara, tangan kekarnya itu pindah menjadi mengelus pipi cubby dan putih Mara, walaupun pada akhirnya bujukan itu akan sia-sia.

"aku inginnya mas disini, aku inginnya mas yang nanti menjadi temanku berjanji di altar, mas..." netranya terus mengeluarkan air mata.

Setelah pertemuan itu, Saga sempat memeluk tubuh kecil Mara dengan penuh kasih. Pelukan terakhir, untuk Kasih yang akan terus ada sampai nanti, sampai keduanya mati.

Janu mengantarkan Mara kembali untuk pulang. Mereka tak banyak omong, lagipula setelah perjodohan ini terjadi, tak ada lagi bahan untuk dibicarakan Mara dan Janu, yang ada hanya rasa canggung dan sedih. Keduanya berpisah setelah Janu bertemu dengan papa Mara, yang sedang menonton tv bersama Mama Mara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun