Mohon tunggu...
Annisa Ananda
Annisa Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mitos-mitos Kesehatan yang Beredar di Masyarakat

5 Januari 2024   11:17 Diperbarui: 5 Januari 2024   11:31 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

 Otoritas kesehatan dunia seperti FDA (USA) dan EFSA (Uni Eropa) telah menyatakan bahwa MSG aman bila dikonsumsi dalam jumlah yang tepat.
 Efek samping seperti pusing dan kesemutan hanya terjadi pada sebagian kecil orang yang memiliki sensitivitas tertentu terhadap MSG.

 Oleh karena itu, klaim bahwa MSG  membuat orang menjadi bodoh atau kehilangan kecerdasan sebaiknya dianggap hanya mitos belaka dan tidak ada bukti ilmiahnya. Namun, tetap disarankan untuk mengonsumsi MSG dalam jumlah sedang sebagai bagian dari pola makan yang sehat dan seimbang.

4.Duduk Dilantai Dapat Menyebabkan Masuk angin.

Mitos duduk di lantai bisa masuk angin sudah lama beredar di masyarakat Indonesia. Takhayul yang beredar adalah bahwa duduk di lantai akan menghilangkan panas dari tubuh dan membuka pori-pori kulit. Udara dingin kemudian masuk melalui pori-pori yang terbuka tersebut sehingga menimbulkan rasa dingin.

 Meskipun takhayul ini diketahui secara luas, namun tidak sepenuhnya benar.
Duduk di lantai  menurunkan suhu tubuh Anda, tapi itu saja tidak akan membuat Anda kedinginan. Faktor penentu masuk angin atau tidaknya Anda adalah perubahan suhu tubuh yang ekstrim dalam waktu singkat, dengan kata lain duduk di lantai atau tidak.

 Saat Anda duduk di lantai, suhu tubuh Anda menurun secara perlahan karena suhu lantai  lebih rendah dibandingkan suhu tubuh manusia. Namun penurunan suhu tubuh ini terjadi secara bertahap sehingga memberikan waktu bagi tubuh Anda untuk beradaptasi.

 Oleh karena itu, hanya karena duduk di lantai, pori-pori tidak langsung  terbuka  dan udara dingin tidak masuk. Untuk terserang flu, tubuh Anda harus mengalami perubahan suhu yang ekstrem dalam waktu singkat, seperti berendam di air dingin setelah berolahraga atau beraktivitas di luar ruangan dari ruangan ber-AC.
 
Saat kondisi ini terjadi, pori-pori kulit  tiba-tiba terbuka sehingga memungkinkan udara dingin masuk ke dalam tubuh. Selain itu, daya tahan juga memegang peranan penting. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kuat cenderung tidak  terkena flu, meskipun suhu tubuhnya berubah secara signifikan.Sebaliknya, orang yang daya tahan tubuhnya lemah  lebih mudah terserang flu jika terjadi fluktuasi suhu tubuh yang ekstrem.
 
Penurunan suhu tubuh yang cepat akibat duduk di lantai dapat meningkatkan risiko  masuk angin dan penyakit lainnya.
Oleh karena itu, sebaiknya hindari duduk di lantai dalam waktu lama.
Untuk mencegah masuk angin, yang terpenting adalah menjaga daya tahan tubuh melalui pola hidup sehat, antara lain: Melalui pola makan bergizi, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup. Kenakan pakaian hangat di suhu dingin untuk menghindari fluktuasi suhu tubuh yang ekstrim.Jaga kesehatan tubuh dan cegah masuk angin.

5. Makan Kambing Penyebab Kolesterol
 
 Banyak orang yang percaya bahwa makan daging kambing dapat meningkatkan kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh. Namun, saat ini belum ada penelitian medis yang dapat membuktikan kebenaran mitos tersebut.
 
 Mitos ini mungkin muncul karena daging kambing mengandung lemak jenuh yang relatif tinggi  dibandingkan jenis daging lainnya.Lemak jenuh dikaitkan dengan peningkatan kolesterol LDL.
 
 Namun kandungan lemak kambing sebenarnya tidak jauh berbeda dengan daging sapi. Faktanya, daging kambing memiliki lebih sedikit lemak dibandingkan daging babi.
 
 Penelitian menunjukkan bahwa bukan jenis daging yang memengaruhi kadar kolesterol Anda, tetapi keseluruhan pola makan Anda.Asupan lemak trans dan kolesterol dari makanan lain juga berperan.

Selain itu, ada faktor genetik dan gaya hidup yang mempengaruhi kadar kolesterol. Bukan hanya karena saya makan daging kambing.
 
 Daging kambing tidak terbukti secara langsung meningkatkan kadar kolesterol, asalkan dikonsumsi dalam jumlah yang tepat dan pola makan seimbang.
 
 Daging kambing ternyata kaya akan nutrisi seperti zat besi, seng, fosfor, kalium, vitamin B12, dan protein lengkap.
Ini baik untuk kesehatan Anda jika dikonsumsi dengan  benar.
 
 Penyiapan daging kambing juga memegang peranan penting.
Hindari menggoreng terlalu lama karena akan menimbulkan lemak trans.
Hal ini baru terbukti meningkatkan kolesterol jahat.

 Daripada jeroan, pilihlah potongan daging kambing yang tidak mengandung lemak berlebih, seperti kaki atau paha kambing. Mohon sesuaikan jumlahnya agar tidak terlalu besar.
 
 Tambahkan sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian ke dalam makanan kambing Anda untuk menciptakan pola makan seimbang yang tidak akan mempengaruhi kadar kolesterol Anda.
 
 Selain itu, batasi asupan makanan olahan, makanan cepat saji, mentega, keju, dan minyak sawit, yang diketahui meningkatkan kadar kolesterol LDL.
 
 Beberapa penelitian bahkan mengaitkan daging kambing  dengan penurunan kolesterol LDL dan peningkatan kolesterol baik (HDL).
 
 Secara keseluruhan, mitos bahwa daging kambing meningkatkan kolesterol tidak didukung oleh bukti ilmiah yang meyakinkan.
 Dampak negatif yang nyata adalah pola makan yang tidak sehat secara umum.

 Jangan ragu untuk mengonsumsi daging kambing secukupnya sebagai bagian dari pola makan sehat Anda.
Faktanya, hal ini berpotensi memberikan dampak positif bagi kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun