perlahan menuju kamar tempat tubuh Alister terbaring, seolah masih menunggu dia untuk bangun
lagi, tersenyum kepadanya seperti dulu. Tapi kali ini, Alister benar-benar pergi.
Di pemakaman, Alex berdiri di samping makam Alister, dikelilingi oleh kerabat dan teman-teman.
Namun semua suara terasa sayup-sayup di telinganya. Yang tersisa hanya kesedihan mendalam dan
penyesalan.
Setelah semua orang pergi, Alex tetap berdiri di sana, sendirian. la memandangi batu nisan
putranya, merenungkan semua waktu yang terbuang, semua kesempatan yang telah hilang.
Di rumah, Alex masuk ke kamar Alister. Kamar itu seakan masih menyimpan kehangatan Alister,
meski tubuh anak itu telah tiada. Di atas meja belajar, ia menemukan dua surat yang ditinggalkan
Alister, tidak tau kapan ia menulisnya.
Surat pertama: "Ayah, Ister menulis ini karena Ister nggak tahu apakah Ister masih punya waktu