“Sultan Demak belum lama ini mengirim surat kepada Sri Baginda Prabu Siliwangi mengajak untuk memeluk agama Islam. Sultan Demak juga mengundang Sri Baginda untuk mengunjungi Demak.”
“Bagaimana sikap Ayahanda Sri Baginda Prabu Siliwangi?”
“Sikapnya positip. Sri Baginda mengajak saling toleransi, hormat menghormati, dan perlu dijajagi kemungkinan bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan Islam, mengingat di kawasan Asia Tenggara sudah bermunculan kerajaan Islam yang kuat. Misalnya, Kerajaan Islam Malaka. Sekalipun resminya Samudra Pasai tunduk kepada Majapahit ( sejak tahun 1357 M) nyatanya Pasai masih cukup kuat sebagai salah satu pusat Islam. Kini di Jawa juga sudah muncul Kerajaan Islam Demak yang cukup kuat juga,” kata Pendeta Muda itu.
“Sikap Dinda Banyakbelabur selaku Putra Mahkota?” tanya Kamandaka.
“Ya, itulah yang menyebabkan Sri Baginda sakit. Putra Mahkota memperlihatkan sikap bermusuhan dengan Kerajaan Islam Demak. Sepertinya dia sedang menjalin komunikasi dengan Kerajaan Hindu Kediri untuk memaklumkan perang melawan Demak. Antara Sri Baginda dan Putra Mahkota terdapat perbedaan sikap yang tajam.”
“Semoga tugas Kanda Amenglayaran sebagai duta perdamaian di Pulau Jawa kelak berhasil,” kata Kamandaka.
Tiba-tiba Arya Baribin dengan Ratna Pamekas datang. Pendeta Muda itu menyambut hangat Arya Baribin. Lebih-lebih setelah dia mengetahui ksatria Majapahit itu adalah calon suami Ratna Pamekas.
“Kanda tidak mengira Dinda Ratna Pamekas ada di Pasirluhur,” kata Pendeta Muda itu kepada Ratna Pamekas yang langsung saling berpelukan. Ratna Pamekas sudah lama tidak berjumpa dengan Amenglayaran. Dulu waktu di Pakuan Pajajaran, Amenglayaran sering kali bertemu Ratna Pamekas, bila kebetulan dia mampir ke Keraton Pajajaran.
“Boleh lho memeluk seorang calon brahmacharin, tidak apa-apa Dinda,” kata Kamandaka menggoda Ratna Pamekas.
“Lho, Kanda Amenglayaran ini bukan hanya seorang calon brahmacharin muda. Dia juga diharapkan bisa jadi Pendeta Muda Kerajaan Pakuan Pajajaran kepercayaan Ayahanda. Dulu pun sering aku peluk waktu masih di Pajajaran,” kata Ratna Pamekas tidak kalah tangkas, sambil memuji Pendeta Muda itu. Pujian itu membuat Pendeta Muda itu merasa nyaman dan senang. Lebih-lebih karena Ratna Pamekas tidak menyinggung soal gadis cantik sepupunya yang jatuh cinta kepadanya, Putri Ayunglarang Sakean.
“Dinda, kenapa Dimas Arya Baribin tidak dipeluk? Nanti cemburu lho?” kata Sang Dewi ikut-ikutan menggoda Arya Baribin. Kali ini ganti Arya Baribin yang merah wajahnya. Untunglah Ratna Pamekas langsung mencium Arya Baribin, yang membuat Arya Baribin malu tersipu-sipu. Tetapi sesungguhnya dirinya merasa senang. Benih-benih cinta Arya Baribin kepada Ratna Pamekas pelan-pelan memang mulai tumbuh dengan subur. Bahkan Arya Baribin diam-diam menambahkan kata Kirana pada nama calon istrinya yang lincah dan cantik jelita itu. Rupanya putri Pajajaran itu juga senang dengan tambahan nama baru. Namanya kini, Dyah Ayu Ratna Kirana Pamekas.