Mohon tunggu...
Aniya Rahma
Aniya Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka mencoba hal-hal baru, tapi tidak suka seseorang yang baru

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Dampak Perlakuan Buruk Orang Tua Terhadap Psikis Anak: Menggali Luka Batin yang Tersembunyi

19 Juni 2023   19:22 Diperbarui: 19 Juni 2023   19:34 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

PENDAHULUAN

Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting sebagai pembentukan kepribadian, terutama pada usia 6 tahun pertama sebagai penentu kepribadian seseorang. Jadi, perkembangan dan pembentukan kepribadian anak selayaknya harus mendapatkan perilaku yang baik serta kebutuhan dan haknya terpenuhi. Tapi kenyataannya masih ditemukan anak yang masih jadi korban kekerasan baik fisik, emosional maupun seksual.

Anak yang menjadi korban perlakuan buruk orang tua atau dari perilaku pengasuhan yang salah ada berbagai cara. Seperti saat orang tua yang kesal atau mengalami masalah keluarga, kemudian anak menjadi sasaran kemarahan, membentak atau bahkan menyalahkan anak tanpa sebab. Anggapan mereka hanya untuk cara mendisiplinkan anak padahal mereka tidak tahu bahwa perlakuannya dapat berdampak bagi kehidupan kedepannya.

Tempat kejadian kekerasan banyak terjadi di dalam rumah walaupun keluarga harusnya sebagai tempat teraman untuk mengasuh, tetapi sisi lain yang benar juga bahwa perlakuan yang salah terhadap anak juga banyak terjadi di dalam rumah. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian baik terhadap anak atau pelaku tindak kekerasan, supaya dampaknya segera diminimalisir.  

 

Pada kehidupan bermasyarakat sangat ditekankan untuk selalu mentaati semua perintah orang tua (yang tidak menentang norma sosial dan agama), yang menjadikan anak berada dibawah tekanan dan ancaman. Yang akhirnya memicu terjadinya kekerasan pada anak, anggapan orang tua bahwa dengan kekerasan akan menjadikan anak patuh tetapi justru sebaliknya, yakni malah menjadikan anak bandel dan keras kepala.

Perlu upaya untuk menggali karakteristik yang melatarbelakangi kekerasan terhadap anak, sehingga dapat diperoleh keterbukaan anak ketika mendapatkan perlakuan yang kurang baik dapat diantisipasi dengan segera mungkin.

 

PEMBAHASAN

Definisi Perlakuan Buruk Orang Tua Terhadap Perkembangan Psikis Anak

 Perlakuan buruk atau disebut juga kekerasan yang berarti penganiayaan, penyiksaan, dan perlakuan salah orang tua terhadap anak dengan cara menggunakan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri yang berakibat memar/trauma, kematian,terganggunya psikologis, serta kelainan perkembangan dan perampasan hak. Awalnya tindak kekerasan pada anak atau child abuse dan neglect dikenal dari dunia kedokteran sekitar tahun 1946.

 

Kekerasan terhadap anak merupakan salah satu bagian kasus yang paling dominan dan banyak dijumpai dimanapun, kapanpun dan disetiap tempat suatu negara. Hal ini menjadi sangat ironis, mengingat anak yang notabenenya butuh bimbingan serta pendidikan yang penuh akan cinta kasih sayang malah mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari orang dewasa.

 

Perlakuan buruk pada anak merupakan masalah kompleks mempunyai spektrum klinis yang bervariasi. Tenaga medis sebagai tangan terdepan dalam menghadapi kasus perlakuan buruk sebaiknya memiliki keterampilan dalam deteksi dini, melakukan pertolongan gawat darurat, intervensi psikososial terhadap korban dan keluarganya, serta melakukan rujukan medik spesialistik dan psikososial. Peran dokter anak dalam penanganan kasus perlakuan salah dan penelantaran anak meliputi aspek medis dan aspek medicolegal. Tenaga kesehatan mempunyai akses dengan lembaga multi disiplin yang bergerak pada bidang perlindungan anak.

 

Dampak Perlakuan Buruk Orang Tua Terhadap Perkembangan Fisik dan Psikis Anak

Teori neglect dan abuse, mengemukakan bahwa perlakuan penganiayaan (abuse) dan penelantaran (neglect) pada anak dan remaja tidak dapat dianggap ringan, perlu perhatian serius karena akan mengakibatkan efek negatif dalam jangka panjang. Beberapa dampak umum dari kekerasan terhadap anak dapat mengembangkan berbagai gangguan mental saat dewasa nanti.

 

Rentan terhadap depresi dan menunjukkan gejala traumatis, hingga akhirnya beresiko tinggi menjadi pelaku kekerasan. Dan juga dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak, perkembangan kecerdasan, bahkan resiko menimbulkan masalah perilaku di masa yang akan datang. Selain itu, dapat menimbulkan masalah pada perkembangan kognitif atau emosional yang serius serta ketidakmampuan memecahkan masalah (coping) secara efektif.

 

Pada anak usia pra sekolah, maka perlakuan tindak kekerasan secara signifikan dampaknya dapat menghambat perkembangan emosi, dibandingkan anak yang tidak diperlakukan buruk. Anak pada usia ini yang ditelantarkan akan menunjukkan kesulitan keterampilan mengatasi dan mengatur (control) emosi dan mengalami kebingungan atas reaksi emosional dari orang lain. Kondisi anak yang mengalami tindakan ini dari orang terdekat, dapat memunculkan berbagai bentuk perilaku dan anak telah menginternalisasi perlakuan tersebut.

 

Adapun bentuk akibat dari perlakuan buruk orang tua terhadap anak dapat dikelompokkan sebagai: Bersifat permisif, anak akan merasa kalau dirinya itu tidak berguna yang akhirnya menjadikan pribadi yang pendiam dan tidak mau bergaul (sebagai bentuk perilaku nyaman bagi dirinya). Dan akibatnya membuat anak menjadi kurang berhasil dalam mengembangkan hubungan dengan kawan sebayanya. Bersifat depressif, perilaku anak yang sering murung yang diakibatkan adanya masalah yang dihadapi sulit dihilangkan. Menjadi pendiam dan mudah menangis meskipun dalam kondisi menyenangkan sekalipun. Anak menjadi ketakutan dan mengalami kecemasan yang akan mengakibatkan traumatic pada yang berhubungan denga figur yang melakukan kekerasan. 

 

Bersifat agresif, saat terjadinya perilaku buruk pada anak, dia berusaha untuk berontak namun tidak mampu melawan pada pelaku. Yang kemudian anak akan berperilaku negatif untuk menunjukkan bahwa dirinya sebagai seorang yang kuat memiliki kekuasaan. Ketidak percayaan diri yang berlebihan dan juga mengendalikan emosi yang buruk akan berlanjut pada kesulitan beradaptasi bahkan mengalami masalah psikologis lainnya. Dan bersifat deskruktif, adanya keinginan untuk menyakiti diri sendiri karena ketidakmampuan membela diri atau mencari pertolongan. Perasaan kesal dan putus asa yang memuncak mendorong untuk menyakiti diri bahkan percobaan bunuh diri. Yang semua berawal dari beban pikiran dan stress yang tidak terselesaikan, kemudian melakukan kompensasi / pengalihan perilaku pada hal lain agar mendapat perhatian orang lain.

 

Berikut ini adalah dampak yang timbul akibat kekerasan fisik dan psikis dari orang tua: dampak kekerasan fisik dari perlakuan orang tua yang kejam kepada anak akan menjadi agresif. Kekerasan fisik yang terus berulang dalam kurun waktu yang lama akan menimbulkan cedera serius dan meninggalkan bekas luka secara fisik hingga mengakibatkan korban meninggal dunia. Dampak kekerasan psikis didefinisikan sebagai kekerasan yang tidak meninggalkan bekas luka secara langsung, akan tetapi meninggalkan bekas yang tersembunyi dalam beberapa bentuk seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun kecenderungan melakukan bunuh diri.

 

Dampak kekerasan seksual pada anak banyak ditengarai sebagai penyebab keterlibatan dan aktifitas prostitusi. Jika kekerasan seksual pada anak yang masih kecil pengaruh buruk yang ditimbulkan antara lain biasanya tidak mengompol jadi mengompol, merasa selalu takut, perubahan pola tidur, cemas yang tidak beralasan, bahkan simtom fisik (seperti sakit perut atau adanya masalah kulit dan sebagainya). Dampak penelantaran anak yang paling terlihat jika anak mengalami kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua yang akan menyebabkan perasaan ketidakamanan, gagal mengembangkan perilaku yang akrab, dan akan mengalami masalah penyesuaian diri dimasa yang akan datang.

 

Dinamika Kepribadian

Kepribadian (personality) adalah sifat atau tingkah laku khas yang membedakan seseorang dengan orang lain. Kepribadian anak merupakan suatu kesatuan yang utuh, antara jiwa (psycho) dan tubuh (fisik) bukan dua unsur yang terpisah. Keduanya akan saling merespon terhadap perlakuan dari lingkungan sebagai upaya penyesuaian diri.

 

Kepribadian memiliki sifat dinamis yang berkembang pesat pada masa kanak-kanak. Rentang usianya mulai 0-6 tahun sebagai masa pembentukan kepribadian, karena mereka masih memiliki kepribadian yang belum matang sepenuhnya. Lingkungan sebagai pengaruh anak menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming). Dampak perlakuan yang buruk atau kekerasan sangat tergantung pada tingkat keparahan yang diderita dan pada usia berapa anak mengakaminya.

 

Kecemasan yang tinggi dapat mengarah pada gejala depresi bahkan cenderung adanya percobaan bunuh diri, karena tidak terperolehnya penyelesaian atas perasaannya dan relasi sosial dengan orang lain akan terganggu. Artinya, anak telah gagal membangun rasa aman dengan orang terdekat (primary caregiver) dan kondisi ini akan terbawa hingga kehidupan dewasa nanti yang menjadikan bagian dari pola perilaku sosialnya.

 

Faktor Penyebab Terjadinya Perlakuan Buruk Orang Tua Terhadap Anak

Terjadinnya perlakuan buruk pada anak disebabkan oleh beberapa faktor yang memengaruhinya. Faktor yang memengaruhinya begitu kompleks, seperti yang dijelaskan oleh Suharto (1997), kekerasan pada anak umumnya disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari anak itu sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari lingkungan keluarga dan masyarakat.

 

Penyebab faktor internal dapat menyebabkan seseorang menderita gangguan perkembangan yang berakibat pada penyakit kronis, ketergantungan anak pada lingkungannya dan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak. Sedangkan penyebab faktor eksternal adalah masyarakat yang miskin dan tekanan nilai materialistis, sosial ekonomi yang rendah, anggapan orang tua bahwa anak adalah hanya miliknya, status wanita dianggap rendah, serta nilai masyarakat terlalu individualistis.

 

Upaya Penanganan Dalam Mengurangi Perlakuan Buruk Orang Tua Terhadap Anak 

Diantaranya pertama, mencegah timbulnya masalah kekerasan pada anak. Dapat dilakukan melalui kegiatan diseminasi UU perlindungan anak dan haknya serta dampak kekerasan yang dialami anak terhadap kesehatan dan pembentukan kepribadian. Kedua, pencegahan supaya tidak berkembang atau meluas permasalahan kekerasan anak dalam masyarakat. Kegiatan yang dilakukan mengarah pada permasalahan kesejahteraan sosial agar tidak meluas. Ketiga, mencegah supaya tidak menimbulkan kembali permasalahan kekerasan terhadap anak. Perlunya pembinaan lanjut dan pemantauan yang berkesinambungan.

 

Penyebab dan Cara Mengenali Terjadinya Luka Batin 

Sr. Maria Felicia (2010) mengatakan bahwa setiap manusia diciptakan untuk mempunyai alam bawah sadar. Alam bawah sadar, seperti halnya komputer yang dapat merekam segala pengalaman dan peristiwa yang pernah dialami selama hidup, baik peristiwa atau pengalaman yang menyenangkan (positif) maupun yang menyakitkan (negatif). Masa yang rawan terjadinya luka batin menurut Maria Felicia adalah :

 

  • Masa dalam kandungan

Sejak dalam kandungan kita sudah dapat merekam pada alam bawah sadar. Jadi, apa yang dialami dan dirasakan seorang ibu, janin pun juga ikut merasakan. Dan apa yang dirasakan janin terekam dalam alam bawah sadarnya. Maka dari itu, apabila sang ibu yang sedang mengandung mendapatkan kasih sayang dari orang sekitarnya akan mempengaruhi si bayi yang ada dalam kandungan.

 

Demikian pula bila pada masa kehamilan sang ibu mendapatkan perlakuan yang kurang wajar ataupun kesedihan yang dialami, maka inipun akan sangat berpengaruh bagi si bayi. Ketika bayi dalam kandungan mendapat penolakan atau ketidakkehendakan untuk dilahirkan atau malah justru akan digugurkan tetapi tidak berhasil. Ini sangatlah berpengaruh pada si anak nantinya. Dan akan mengakibatkan anak tersebut menjadi pemberontak, penakut, marah tanpa alasan, dan sebagainya.

  • Masa kelahiran

Saat kelahiran adalah masa yang paling singkat, tetapi pada saat yang singkat itupun tidak luput dari bebasnya akar luka batin. Mungkin akan menjadikan persalinan yang sulit, dan biasanya menyebabkan anak kurang percaya diri, takut tampil di muka umum, atau juga sering merasa bersalah. Atau kelahiran prematur, si anak akan sering merasa minder, tidak berdaya, dan selalu bergantung dengan orang lain.

 

  • Masa Bayi

Bayi yang seringkali ditinggal oleh orang tuanya (karena kesibukan orang tua) dan diserahkan kepada pengasuh, akan membuat si anak mencari perhatian dari orang lain, karena pada waktu bayi kurang perhatian serta kasih sayang sehingga nantinya bayi akan mencari sesuatu yang kurang itu pada diri orang lain.

 

  • Masa kanak-kanak

Masa kanak-kanak juga menjadi masa yang rawan akan luka batin. Sebagai contoh, ada seorang gadis lagi yang semasa kecilnya seringkali mendengar dan menyaksikan pertengkaran orang tuanya. Ketika peristiwa tersebut terjadi, anak akan merasa sangat ketakutan dan tidak dapat melakukan apa-apa untuk mencegah pertengkaran itu, yang di lakukan hanyalah menangis. Ternyata peristiwa tersebut sangat membekas dalam pikiran dan hatinya sehingga pada masa dewasa, bila mendengar suatu keributan dia akan merasa sangat ketakutan bahkan menangis. Akan tetapi, setelah penyembuhan batin dengan mengampuni kedua orang tua dan melupakan peristiwa tersebut, maka dia akan lepas dari ketakutannya.

 

  • Masa dewasa atau remaja

Masa remaja ataupun masa dewasa juga masih dapat menjadi akar dari luka batin. Misalnya ada seorang yang pernah dilecehkan, trauma dan peristiwa yang menyakitkan itu akan sangat membekas dan juga bisa membuatnya antipati dengan lawan jenis sehingga dia memilih untuk tidak menikah. Dan bisa jadi seperti itu, karena ketraumaannya akan peristiwa tersebut.

 

Menurut Sr. Maria Felicia (2006) mengatakan ada simtom yang dapat dijadikan acuan mengenali terjadinya luka batin pada diri seseorang dengan memicu membangkitkan simtom (gejala) yang menunjukkan adanya luka batin. Pemicunya antara lain: (a) Peristiwa yang membangkitkan rekaman pengalaman terluka seseorang; (b) Orang, tempat, suasana (lagu, dekorasi ruang, pesta) yang membangkitkan rekaman pengalaman terluka seseorang.

 

Simtom adalah reaksi terhadap pemicu dalam bentuk yang kurang proporsional. Simtom terindikasi pada seseorang, bersifat defensi, malu, dan iri hati. Simtom muncul dengan sendirinya tanpa disadari oleh pribadi yang bersangkutan.

 

Metode Penyembuhan Luka Batin

Ada banyak cara atau metode yang dapat digunakan sebagai kiatan untuk penyembuhan luka batin pada seseorang seperti halnya didampingi secara pribadi atau kelompok. Efek dari luka batin selain dapat mempersulit dan mempengaruhi dalam kehidupan dengan orang lain, juga yang dirasakan adalah hilangnya kedamaian dalam hati.

 

Melalui cara penyembuhannya akan memperoleh kembali kedamaian yang sudah hilang. Salah satunya dengan cara memaafkan seseorang yang telah membuat luka. Dari sisi pelaku kejahatan berarti memaafkan (berdamai) dengan diri sendiri dan minta maaf kepada korban (serta pihak terkait). Dan dari sisi korban berarti memaafkan orang yang telah berbuat jahat dengan melukai batinnya.

 

Mawan (2009) dalam perspektif teologis menguraikan tiga tahapan dalam proses mengampuni, yaitu: 

(1) Mengingat kembali pengalaman terluka, termasuk langkah yang paling sulit karena harus mengalaminya kembali. Kalau tidak mau melakukannya maka akan tetep terikat dengan luka masa lalu dan tidak percaya bahwa dirinya mampu terbebas dari dampak luka yang dialami.

(2) Mengartikan/memaknai luka batin, ketika seseorang mengalami luka batin maka akan dapat menggunakan pikirannya untuk merespon perasaan. Pikiran dapat dipakai menjadi bagian dari perlindungan diri dan membuat suatu strategi agar bisa mengatasi luka batin akibat pengalaman yang tidak menyenangkan. Kehendak akan mengontrol pikiran lalu pikiran akan mengontrol bagaimana orang tersebut beremosi. Dengan demikian mereka harus mengubah pikiran mengenai hal tersebut, sehingga mempunyai persepsi yang salah terhadap mereka maka perlu disadari bahwa seringkali kita melihatnya dengan kacamata luka batin tanpa melihat apa yang menjadi motivasi mereka.

(3) Melepaskan rasa marah, bisa terlepas dari kemarahan dengan cara mengakui akan hal itu dan membukanya. Kita sadar bahwa kemarahan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan bagi semua orang dan berdampak buruk bagi mereka, dan mengakui bahwa kita sering marah. Mengakui pada diri sendiri, pada orang yang kita lukai, mengakuinya pada Tuhan (langkah awal untuk memperoleh kekuatan yang dapat melepaskan kemarahan dengan benar).

 

PENUTUP

Simpulan

Jadi, perlakuan buruk atau disebut juga kekerasan berarti menganiayaan, menyiksaan, dan perlakuan salah orang tua terhadap anak dengan cara menggunakan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri yang mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.

Dampak yang timbul akibat kekerasan fisik dan psikis dari orang tua diantaranya: Kekerasan fisik yang terus berulang dalam jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius dan meninggalkan bekas luka secara fisik hingga mengakibatkan korban meninggal dunia dan kekerasan yang tidak meninggalkan bekas luka secara langsung akan tetapi meninggalkan bekas yang tersembunyi mengakibatkan dampak buruk pada psikis kedepannya. 

Saran

Dalam kehidupan sehari-hari pastinya banyak menemui peristiwa/perlakuan buruk orang dewasa pada anak. Sebagai warga yang baik dan yang sudah tau tentang akibat tindakan tersebut, kita seharusnya bisa membantu menyelesaikan dari masalah yang terjadi pada masyarakat. Dengan memberi pemahaman perlahan agar dapat diterima masyarakat.  

DAFTAR PUSTAKA

Andini, Thathit Manon, ‘Identifikasi Kejadian Kekerasan Pada Anak Di Kota Malang’, Jurnal Perempuan Dan Anak, 2.1 (2019), 13 <https://doi.org/10.22219/jpa.v2i1.5636>

Kurniasari, Alit, ‘Dampak Kekerasan Pada Kepribadian Anak’, Sosio Informa, 5.1 (2019), 15–24 <https://doi.org/10.33007/inf.v5i1.1594>

Siregar, Christian, ‘Menyembuhkan Luka Batin Dengan Memaafkan’, Humaniora, 3.2 (2012), 581 <https://doi.org/10.21512/humaniora.v3i2.3402>

Suteja, Jaja, and Bahrul Ulum, ‘Dampak Kekerasan Orang Tua Terhadap Kondisi Psikologis Anak Dalam Keluarga’, Equalita: Jurnal Studi Gender Dan Anak, 1.2 (2019), 169 <https://doi.org/10.24235/equalita.v1i2.5548>

Widiastuti, Daisy, and Rini Sekartini, ‘Deteksi Dini, Faktor Risiko, Dan Dampak Perlakuan Salah Pada Anak’, Sari Pediatri, 7.2 (2016), 105 <https://doi.org/10.14238/sp7.2.2005.105-12>

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun