"Iyaaaa...." spontan Udin dan Fahmi menjawab.
"Kalau saja Sungai Deli yang sekarang, seperti Sungai Deli yang dulu, airnya jernih, aku mungkin berenang seharian di sungai," celoteh Saipul.
"Mana bisa, Pul. Kapal banyak yang lewat. Kamu bisa ditabrak kapal, ha..ha..ha..ha..." Udin tertawa geli mendengar celoteh Saipul.
"Iyaaa...ha..ha..ha..ha...." Fahmi ikut tertawa.
Saipul yang menyadari celotehnya membuat kawan-kawannya tertawa lucu, akhirnya ikut tertawa.
Suara azan Maghrib berbunyi, saat tiga sekawan, laskar cilik penjaga Sungai Deli itu, sudah tinggal beberapa langkah lagi memasuki halaman mesjid.Â
*****
Hari Minggu. Udin, Fahmi dan Saipul, sudah sepakat  bermain dan berenang di Sungai Deli. Masih sangat pagi, saat ketiganya sudah bersama di pinggiran Sungai Deli. Sekitar pukul tujuh pagi.
Mereka ke sungai melewati rumah Fahmi, yang dapur rumah orang tuanya paling dekat dengan pinggiran sungai. Hanya perlu menuruni tangga dapur, mereka sudah sampai di pinggiran sungai.
Sesekali nampak ibu-ibu yang merupakan warga bantaran sungai, muncul di pinggiran sungai untuk mencuci peralatan rumah tangga. Setelah selesai, kembali ke rumahnya.
"Kawan-kawan, ini ada ban. Kita main di tengah sungai dengan ban, atau tanpa ban," tanya Fahmi yang sudah tidak sabar ingin bermain di sungai dengan dua sahabatnya itu.Â