Mohon tunggu...
Ani Siti Rohani
Ani Siti Rohani Mohon Tunggu... Buruh - Perempuan penikmat sunyi

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Perempuan yang Takut Keramaian

21 Maret 2019   15:19 Diperbarui: 23 Maret 2019   11:51 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. Keramaian ibukota (sumber: pixabay)

Maryam tersenyum mendengar tanggapan dari Adam. Merangkul kembali suaminya dengan mesra. Pun Adam, kemudian mendaratkan sebuah kecupan di kening Maryam.

***

Kehamilan Maryam sudah tampak besar. Usia kandungannya sudah memasuki bulan ke sembilan. Tinggal menunggu waktu sebentar saja Maryam akan melahirkan. Sejak kejadian itu, Maryam lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Ia pun sudah tidak ikut lagi acara ngaji mingguan bersama teman-teman tetangganya.

Maryam bukan berniat hendak memisah jarak dari mereka. Sesekali Maryam juga mengobrol dengan mereka jika bertemu saat belanja atau bertemu di jalan. Maryam melakukan itu hanya untuk kandungannya.  Awalnya Maryam mengira pusing dan mualnya hanya akan berlangsung selama hamil muda saja, tetapi ternyata sampai hamil tua pun tetap sama. Maka dari itu ia memutuskan untuk menghabiskan waktunya dengan membaca, mengaji atau melakukan hal-hal lain yang bisa ia kerjakan di rumah.

"Mas, perut Maryam sakit sekali," rintih Maryam.

Ia memegangi perutnya yang sudah besar. Meletakkan buku yang tengah dibacanya di meja. Adam yang tengah mengopi di sebelah istrinya langsung bertindak. "Kamu pasti mau melahirkan, Maryam," ucapnya.

Dia kemudian memapah istrinya, membawanya masuk ke mobil untuk pergi ke rumah sakit.

"Istrimu mau melahirkan, Adam?" teriak Mbak Minah yang saat itu melihat Adam memapah istrinya masuk ke mobil.

"Iya nih, Mbak. Saya mau bawa Maryam ke rumah sakit," balas Adam.

"Lihat tuh Maryam, mentang-mentang sudah kaya, sudah enggan dia menyapa kita," ucap Minah kepada Ratna yang memang tengah bersamanya. Adam mendengar ucapan itu, tapi hanya mengabaikannya.

"Saya pergi dulu Mbak Minah, Mbak Ratna," pamit Adam sebelum menjalankan mobilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun