"Itu bawaan dari bayi di perut kamu, Maryam. Kamu tidak perlu khawatir," balas Adam menghibur istrinya.
Adam mengelus kepala istrinya yang terbalut hijab, kemudian merebahkannya di pundak, dan merangkulnya dengan mesra.
"Tapi Mas, di rumah Maryam aman-aman saja. Tidak pernah merasa mual," ucap Maryam.
"Itu artinya kamu alergi keramaian," balas Adam sambil cekikikan. Maryam mencubit perut Adam. Semakin mengeratkan pelukan. Maryam merasa bersyukur sekali memiliki suami seperti Adam. Dia laki-laki baik dan perhatian.
"Maryam juga mulai suka mual-mual kalau buka facebook atau aplikasi sejenisnya, Mas," ucap Maryam. Adam merenggangkan pelukan. Menatap heran istrinya.
"Maryam merasa kesal sekali tiap orang-orang mulai menggunjingkan sesuatu. Kalau sudah seperti itu, Maryam pasti nanti pusing terus mual. Mas tahu kan beberapa hari ini Maryam tidak suka buka-buka Hp, ya karena itu," ucap Maryam manja. Ia sedikit memonyongkan bibirnya.
"Jadi kamu merasa itu yang membuat kamu pusing dan mual?" tanya Adam. Sebelah tangannya masih merangkul pundak Maryam.
"Iya," balas Maryam menatap mata suaminya itu.
"Kalau kamu merasa tidak nyaman dengan itu, sebaiknya kamu lebih banyak di rumah saja dulu, ya. Ini demi kesehatan kamu, juga bayi kita," balas Adam mencoba mengambil sebuah keputusan.
"Tapi Mas, nanti orang-orang menggunjingkan Maryam," sela Maryam.
"Tidak usah pedulikan apa kata mereka," balas Adam.