Mohon tunggu...
Anggi Ria Meisaroh
Anggi Ria Meisaroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Agroekoteknologi 2021

Pecinta seni dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Integrasi Iman dan Ilmu

10 Desember 2021   14:20 Diperbarui: 10 Desember 2021   14:37 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Integrasi Iman dan Ilmu

Anggi Ria Meisaroh

Program Studi Agroekoteknologi 

Universitas Brawijaya

Abstrak

Artikel dengan judul 'Integrasi Iman dan Ilmu', ini bertujuan untuk memaparkan dan menjelaskan konsep intergrasi iman dan ilmu. Pengertian iman yakni membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan diimplementasikan dalam perbuatan. Sedangkan Ilmu adalah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, dan bagian-bagian yang memiliki kebenaran. ilmu sangat berkaitan erat dengan keimanan manusia. Di zaman yang modern ini, sebagian umat Islam cenderung meniru dan terpengaruh oleh konsep ilmu pengetahuan Barat secara berlebihan sehingga mengskibatkan hilangnya kepercayaan terhadap sesuatu hal yang menyangkut agama. Hal ini tentu saja menyebabkan ketidakseimbangan antara iman dan ilmu seorang manusia. Oleh karena itu, upaya menggali dan mengembangkan konsep integrasi iman dan ilmu dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan agar terpenuhinya keselarasan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga keimanan.

Kata Kunci : Integrasi, iman, ilmu

Pendahuluan

Makhluk yang paling mulia dan sekaligus paling sempurna di muka bumi ini adalah manusia, jika dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya. Hal ini terlihat dari manusia yang memiliki akal sehat yang digunakan untuk mereka berpikir. Manusia diberi kemuliaan dengan akal sehat yang dapat digunakan untuk berpikir dan mencari tahu, sebagaimana Allah SWT telah mengajarkan kepada Adam tentang nama-nama benda, sehingga malaikat pun mengakui tentang kemuliaan dan kepintaran Adam, sebagai manusia yang pertama kali diciptakan oleh Allah ta'ala. Karena akal sehatnya inilah manusia selalu tertarik dan mencoba untuk meneliti serta melakukan sesuatu hal yang baru dan dapat kita sebut mencari ilmu pengetahuan.

Menurut pandangan Islam, menuntut ilmu tidak kalah pentingnya dengan berjihad, dalam arti keilmuan serta keimanan manusa sebagai umat islam harus seimbang. Karena seorang mukmin yang sempurna adalah mampu mengamalkan ilmunya dengan dasar takwa dan iman kepada Allah SWT.  Apalagi pada zaman sekarang pengetahuan dan teknologi memang telah membawa kemudahan bagi manusia serta perkembangan teknologi yang semakin pesat dan canggih. Namun ketika manusia begitu berlimpah dan berlebihan dengan kemajuan-kemajuan pengetahuannya tanpa adanya keimanan, maka tentu saja hal itu amat berbahaya.

Islam bahkan menganjurkan kita untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, namun kadang manusia terlalu sibuk dengan ilmu pengetahuan modern sehingga mereka melupakan ilmu agama, dan yang lebih parah, manusia lebih mempercayakan dirinya pada sains serta penerapan-penerapannya. Mereka memperoleh kemudahan-kemudahan dan kemajuan ilmu pengetahuan itu sehingga mereka percaya bahwa ilmu pengetahuan dunia dapat memecahkan segala persoalan kehidupan.

Umat islam telah diajarkan oleh agama islam agar terus mengembangkan kemampuannya, menggunakan akalnya untuk berpikir, dan juga untuk mengelola alam dengan baik. Maka tidak ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbahaya jika manusia menguasainya dengan tonggak keimanan dan berpegang pada tali agama Islam. Karena dengan menjadikan serta melibatkan ilmu dan iman sebagai satu kesatuan, maka kehidupan akan menjadi seimbang dan bermakna.

Pembahasan

  • Definisi Iman

Iman mengandung beberapa arti yakni meyakini, tunduk, tentram dan tenang. Beradasarkan Imam Al-Ghazali iman berarti "pembenaran". Definisi Iman yakni membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan diimplementasikan dengan perbuatan. Iman berasal dari kata Asman-Yu'minu-limaanan secara bahasa yang memiliki arti meyakini atau mempercayai. Pembahasan mengenai rukun iman terbagi menjadi enam, yaitu:

1) Iman kepada Allah

2) Iman kepada Malaikat

3) Iman kepada kitab-kitab Allah

4) Iman kepada Rasul-rasul Allah

5) Iman kepada hari kiamat

6) Iman kepada Takdir

Iman yakni sikap seseorang yang lebih mendalam dan tempat iman adalah di hati. Seperti terdapat dalam Surat Al-Hujurat ayat 14 di bawah ini,

Orang-orang Arab dusun itu berkata: Kami beriman. Katakan: Kamu belum beriman, tetapi katakanlah Kami telah tunduk (berislam). Keimanan itu belum masuk ke dalam hatimu. Dan kalau kamu mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, maka tidak akan dikurangi nilai pekerjaan kamu sedikitpun. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun dan Penyayang. (QS. AlHujurat (49): 14)

  • Definisi Ilmu

Ilmu dalam bahasa Arab disebut dengan 'ilm yang artinya pengetahuan yang bermakna mengetahui. Secara etimologi, ilmu berasal dari akar kata 'ain-lam-mim yang diambil dari perkataan, yaitu ma'rifah (pengenalan), (kesadaran), tadzakkur (pengingat), fahm dan fiqh (pengertian dan pemahaman), 'aql (intelektual), (perkenalan, pengetahuan, narasi), hikmah (kearifan), 'alamah (lambang), tanda atau indikasi yang dengan sesuatu atau seseorang dikenal.

Kata Ilmu telah beberapa kali disebutkan dalam Al-Qur'an. Kata ini dipakai dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Ilmu dari terbentuk dari akar kata Ilm memiliki ciri kejelasan. Misalnya, kata alam (bendera), ulmat (bibir sumbing), a'lam (gunung-gunung), alamat (alamat), dan lain sebagainya. Meskipun demikian, kata ilm berbeda dengan kata arafa (mengetahui), arif (orang yang mengetahui), dan ma'rifah (pengetahuan Demikian juga kata ilmu yang disandarkan kepada manusia juga mengandung kebenaran dan kenyataan.

Dalam konsep islam (Timur), ilmu dikelompokkan menjadi tiga, yakni:

1. Ilmu Alam (ilmu-ilmu tentang alam, biologi, fisika, kimia dan lainnya).

2. Ilmu Sosial (ilmu- ilmu kemasyarakatan yang menyangkut perilaku manusia dalam interaksinya dalam masyarakat, dan

3. Ilmu kemanusiaan (humaniora), ialah ilmu-ilmu kemanusiaan yang menyangkut kesadaran akan perasaan kepribadian dan nilai- nilai yang menyertainya sebagai manusia.

3. Definisi Integrasi

Membicarakan tentang integrasi berarti berupaya untuk memadukan antara iman dan ilmu untuk menciptakan format baru hubungan antara ilmu pengetahuan dan keimanan dalam agama Islam. Ilmu dan iman berbeda dalam metodologi ketika keduanya mencoba untuk menjelaskan kebenaran. Keimanan umumnya bersifat subyektif, tergantung pada intuisi/pengalaman pribadi dan otoritas nabi/kitab suci. Sedangkan ilmu bersifat obyektif, yang lebih mengandalkan observasi dan interpretasi terhadap fenomena yang teramati dan dapat diverifikasi.

1. Islam adalah agama yang membimbing umatnya untuk mengikuti ajaran Islam, dan sumber utamanya adalah rahmatan lil'alamin. Bagi umat Islam, Islam adalah keseluruhan sistem agama, budaya, dan peradaban; Islam merupakan sistem menyeluruh yang melibatkan seluruh aspek kehidupan manusia. Moralitas dan nilai-nilainya merasuki semua aktivitas manusia termasuk ilmu pengetahuan.

2. Pada saat yang sama, menurut Hossein Nasr, yang terjadi pada intelektual spiritual Barat adalah bahwa Barat mensekularisasikan (sekularisasi) pengetahuan dan kehilangan kontak dengan metafisika. Sehingga seolah-olah keduanya memposisikan paradigma yang berbeda. Salah satu pemaknaan di atas menimbulkan banyak reaksi. Ilmu pengetahuan modern sendiri menjadi tantangan tersendiri, khususnya bagi masyarakat pendidikan Islam. Hal ini menjadi masalah besar: dikotomi antara agama dan ilmu pengetahuan. Hanya di dunia Islam ilmu pengetahuan modern dapat dihadapi. topik hanya bermakna ketika kesadaran masyarakat meningkat dari hari ke hari. Artinya, model penjelajahan alam semesta yang dikembangkan oleh filsafat dan ilmuwan Barat sejak abad ke-17, termasuk semua aplikasi praktisnya di bidang teknologi.

3. Istilah Islamisasi menjadi sangat populer pada saat Konferensi Pendidikan Islam Dunia pertama yang diadakan di Mekkah pada bulan April 1977. Islamisasi adalah konsep pembebasan umat manusia dari tradisi besar. Apa yang menarik pikiran dan tindakannya.

4. Dalam pengertian ini, Islamisasi perlu menghancurkan kekuatan tradisional yang tidak memiliki kerangka justifikasi yang jelas. Pada saat yang sama, Islamisasi dalam konteks ilmu pengetahuan merupakan upaya untuk mengintegrasikan penemuan objek ilmiah, yang harus dianggap sebagai awal dari integrasi proses kehidupan Muslim.

5. Bagi al-Faruqi, integrasi ilmu dicapai dengan memasukkan pengetahuan baru ke dalam warisan Islam, menghilangkan, mengubah, menafsirkan kembali dan menyesuaikan komponennya sebagai pandangan dunia Islam (Weltanschauung-Islam) dan menentukan nilainya.

Umat Islam tidak harus bertindak untuk upaya integrasi ini dalam kerangka pengetahuan modern, mereka dapat menggunakan khazanah Islam klasik tanpa harus melindunginya, karena beberapa tren tidak relevan dengan perkembangan modern. Bagi Osman Bakar, integrasi merupakan upaya memberikan model alternatif bagi ilmu pengetahuan modern. Upaya ini dilakukan untuk mengembangkan kajian yang mencakup seluruh alam semesta dan penerapan teknologi berdasarkan prinsip-prinsip Islam

  • Integrasi Iman dan Ilmu

Pada dasarnya ilmu digunakan untuk menjawab atau memecahkan masalah manusia, sehingga dengan kemajuan ilmu pengetahuan, kesejahteraan hidup manusia juga meningkat. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam empat tahun terakhir sangat dipengaruhi oleh para filosof Timur dan Barat, yang menyebabkan ilmu pengetahuan menjadi terlalu rasional dan frustasi.

Semua agama termasuk Islam memandang positif suatu ilmu/sains, karena suatu pengetahuan memiliki peran yang sangat fundamental sekali bagi eksistensi manusia di muka bumi ini. Islam memberikan perhatian yang besar terhadap ilmu. Apapun bentuk ilmu itu, selama bisa memberikan kemanfaatan, maka ilmu tersebut harus dicari. Allah dan Rasul-Nya tidak menyebut suatu disiplin ilmu tertentu yang menjadi penyebab seseorang akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT, demikian juga tidak menyebut dengan menunjuk ilmu-ilmu tertentu untuk dipelajari.

Namun, sampai saat ini, mayoritas hampir masyarakat muslim masih melakukan kategorisasi ilmu yang dikotomi menjadi dua ilmu, yakni ilmu dunia (sains) dan ilmu akhirat (agama). Pembagian ini secara tidak langsung menjadikan banyak umat Islam beranggapan bahwa mempelajari ilmu-ilmu sains, seperti kedokteran, biologi, ekonomi, matematika atau yang lain dikategori sebagai fardhu kifayah. Akibat dari sikap ini, tidak diwajibakan semua umat Islam mempelajari ilmuilmu tersebut. Sebaliknya, mempelajari ilmu-ilmu agama, seperti tasawuf, fiqih, aqidah, tajwid, bahasa Arab atau yang lain bisa termasuk kategori fardhu ain. Dengan kata lain, semua umat Islam wajib mempelajarinya. Jika tidak mempelajari, dia termasuk hamba yang melanggar perintah Allah.

Apabila Pandangan ini dikorelasikan dengan firman Allah dan hadis Rasul di atas, tidak hanya salah, akan tetapi pandangan ini bisa merusak bangunan aqidah. Umat Islam seharusnya meyakini bahwa semua ilmu datangnya dari Allah, baik ilmu umum atau agama dan tidak perlu dimunculkan dikotomi antara keduanya.

Sependapat dengan penjelasan di atas, Murtadha Mutahhari mengungkapkan tentang iman dan sains. Keduanya merupakan karakteristik khas insani. Manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju ke arah kebenaran dan wujud-wujud suci, dan tidak dapat hidup tanpa menyucikan dan menuju sesuatu. Ini adalah kecenderungan iman yang merupakan fitrah manusia. Di pihak lain, manusia juga memiliki kecenderungan untuk selalu ingin memahami alam semesta dan kemampuan untuk memandang masa lalu, sekarang dan masa mendatang, yang semuanya merupakan ciri khas sains. Karena iman dan ilmu merupakan karakteristik insani, maka pemisahan antara keduanya justru akan menurunkan martabat manusia. Iman tanpa ilmu mengakibatan fanatisme dan kemunduran, tahayyul dan kebodohan. Sebaliknya ilmu tanpa iman akan digunakan untuk mengumbar hawa nafsu, kerakusan, ekspansionisme, ambisi, kesombongan, kecurangan dll.

  • Langkah-Langkah Integrasi 

Ketika mengeluarkan suatu ide besar yang dikemukakan oleh para intelektual atau ilmuwan pasti ada suatu cara maupun langkah-langkah yang harus dilakukan agar tercapai suatu hal yang diinginkan. Dengan begitu penulis mengambil salah satu langkah dari tokoh yang memiliki konsep tentang integrasi. Ismail Raji Al-faruqi sebagai tokoh pemabaharu Islam yang membahas tentang integrasi agama dan sainsmemberikan suatu langkah-langkah yang sistematis untuk mencapai ide tersebut, diantaranya:

  • Penguasaan Disiplin Ilmu Modern: Penguraian Kategoris mengenai disiplin-disiplin ilmu dalam kemajuannya di zaman sekarang harus dipecah menjadi kategori-kategori, prinsip-prinsip, metodologi - metodologi, problema-problema, dan tema-tema yang mencerminkan daftar isi dalam sebuah buku teks (pelajaran) dalam bidang metodologi disiplin ilmu yang bersangkutan.
  • Survei Disiplin Ilmu: Apabila kategori-kategori disiplin ilmu telah dipilah-pilah, maka suatu survei secara menyeluruh harus ditulis untuk setiap disiplin ilmu, seperti mengenai asal-usul dan perkembangannya serta pertumbuhan metodologinya, perluasan cakrawala wawasannya, sumbangan-sumbangan pemikiran yangberikan oleh para tokoh utama, memberikan bibliografi dengan singkat, dan mencantumkan karya-karya tepenting.
  • Langkah-langkah Integrasi Iman dan Ilmu dalam kehidupan Sehari-hari

Pertama, memetakan konsep keilmuan dan ke-Islaman. Guru perlu diajak bertamasya bersama al-Quran ke alam ilmu pengetahuan, dengan cara mengklasifikasikan sains secara sistematis ke dalam  berbagai disiplin ilmu atau tema-tema yang dikehendaki. Dengan kata lain, guru disarankan terlebih dahulu menjelajahi tema-tema sains yang ada di dalam al-Quran.

Kedua, memadukan konsep keilmuan dan keislaman. Kerja ini, mengintegrasikan konsep, bukan rumus-rumus. Yaitu mencari titik kesamaan antara sains dan Islam. Tegasnya,  antara  al-Quran atau  hadist dan sains dicoba diintegrasikan sehingga satu sama lain saling memperkokoh dalam membuka tabir kegaiban akan realitas konkret yang disabdakan Allah swt. Dalam  ayat-ayat-Nya, baik yang qauliyah maupun kauniyah.

Ketiga, menjadikan al-Quran  sebagai  pengawal  dari setiap  kerja  sains.  Al-Quran dan hadis bukan sekedar menjadi pelengkap, tetapi sumber rujukan.

  • lmu Pengetahuan Mendukung Iman 

Secara aktual manusia memang belum, dan mungkin tidak akan pernah, memahami seluruh alam raya. Namun secara potensial, manusia dapat memahami alam itu. Ketika rahasia alam terpecahkan, baik hal kecil dalam diri manuisia sendiri maupun hal besar di dunia, maka pada saat itulah manusia akan menyadari sepenuhnya kebenaran ilahi.

Akan Kami perlihatkan kepada mereka (manusia) tanda-tanda Kami di seluruh cakrawala dan dalam diri mereka sendiri, sehingga akan menjadi jelas bagi mereka bahwa Al-Quran atau bisa juga Tuhan itu benar adanya. QS. Fushshilat (41): 53

Namun manusia, dalam memanfaatkan alam itu harus tidak membatasi diri hanya untuk tujuan mengeksploitasi alam, tetapi ia harus memanfaatkan alam sekitar sebagai wadah ilmu pengetahuan dan dalam membina hubungan yang serasi dan harmonis dengan sesama makhluk. Oleh karena itu, manusia tidak harus bersikap berlebihan, manusia harus juga menunjukkan sikap-sikap yang lebih apresiatif terhadap alam lingkungannya. Sebab, meskipun alam ini memang benar berkedudukan lebih rendah daripada manusia, namun hal itu terjadi hanya dalam hirarki kosmis yang bersifat batiniyyah, yang terbebas dari dimensi ruang dan waktu, seluruh alam dan manusia adalah sama-sama makhluk Allah. Seperti dalam ayat berikut ini: Tidaklah seekor pun binatang yang melata di bumi, dan tidak pula seekorpun burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat seperti kamu. Penegasan ini terkait dengan berbagai penjelasan tentang alam raya yang selalu bertashbih kepada Allah, demikian juga semua benda-benda tanpa kecuali juga selalu bertashbih kepada Allah. Seluruh langit yang tujuh dan bumi bertashbih memujinya, dan juga makhluk hidup di dalmnya. Oleh karena itu, sekalipun manusia merupakan makhluk paling mulia, dan sekalipun alam ini dibuat lebih rendah agar dapat digunakan oleh manusia, tetapi hubungan manusia dengan alam sekitarnya harus disertai dengan sikap yang sewajarnya, dengan melihat alam sebagai sumber ajaran dan pelajaran untuk menerapkan sikap tunduk kepada Allah. Manusia harus menghubungkan alam sekitarnya dalam bertashbih memuji Allah, yakni dengan memelihara keseimbangan alam itu dan menunbuhkannya ke arah yang lebih baik, bukan dengan cara melakukan kerusakan dan pengrusakan di dunia. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dunia tidak bermakna, jika tidak dibarengi mengenai keadaannya, potensi-potensinya, resiko-resiko yang dihadapinya sebagai manusia, dan nasibnya di akhirat kelak.

Tidak pernahkah mereka berjalan di atas bumi sehingga mereka memiliki hati untuk memahami dan memiliki telinga untuk mendengar? Karena yang buta bukanlah mata, tetapi hati di dalam hati mereka. (AlHajj/22: 46)

Itulah sebabnya mengapa Al-Quran mementingkan tiga macam pengetahuan untuk manusia. Pertama, pengetahuan menganai alam yang telah dibuat oleh Allah tunduk kepada manusia atau sains-sains alamiah. Kedua, pengetahuan sejarah dan geografi. Dalam hal ini, Al-Quran senantiasa mendesak manusia agar "berjalan di muka bumi" sehingga dapat menyaksikan apa yang terjadi pada kebudayaankebudayaan di masa lampau dan mengapa kebudayaan-kebudayaan itu bisa bangkit dan runtuh. Ketiga, pengetahuan mengenai dirinya sendiri karena "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di dalam cakrawal dan di dalam diri-diri mereka sendiri sehingga mereka dapat memahami kebenaran -- Tidak cukupkah Tuhanmu sebagai saksi tyerhadap sestiap sesuatu? (41:53)23

Ilmu pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan ilmiah karena didapatkan dari hasil pengamatan manusia sendiri, tetapi ilmu pengetahuan ini pada akhirnya harus dimaknai dan mampu menghidupkan iman dan pandangan batin manusia. Tanpa memiliki persepsi batin ini, ilmu pengetahuan dan teknologi itu dapat menjadi kekuatan yang sangat berbahaya. Dengan demikian, pengembangan ilmu pengetahuan, di satu sisi, haruslah dibarengi dengan kekuatan iman dan penajaman persepsi batin di sisi lain.

Integrasi ilmu pengetahuan dan teknologi, filsafat, dan agama sangat mungkin karena obyek kajiannya mempunyai kesatuan sumber. Integrasi ketiga tahapan tersebut sebenarnya merupakan wujud integrasi dari perpanjangan ayat-ayat Allah. Integrasi ilmu pengetahuan dan iman merupakan tuntutan realitas kehidupan itu sendiri di mana keduanya dapat saling melengkapi. Jika ilmu pengetahuan digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan dunia dan maknanya terhadap sesuatu hal, memberikan wawasan kepada manusia dan selanjutnya keimanan memberikan arah dan tujuan yang paling akhir dari hidup manusia agar semua proses itu berjalan sebagai bagian dari penghambaannya kepada Tuhan dalam segi keagamaan.

Inilah maksud dari apa yang dikatakan oleh Kuntowijoyo bahwa ayat Al-Quran hendaknya Sebagai landasar teori (grand theory) dalam meneliti dan menyelidiki ayat-ayat Tuhan yang tersebar alam, diri manusia dan sejarah. Sebaliknya, maka temuan-temuan inilah yang harus dipakai untuk menjustifikasi kebenaran kalam Tuhan yang tersurat dalam Al-Qur'an. Akan Kami perlihatkan ayat-ayat Kami yang terdapat di berbagai ufuq dan dalam diri mereka sendiri sampai menjadi jelas bahwa ayat-ayat yang tersurat dalam AlQur'an adalah benar. Belum cukupkah bahwa Tuhanmu Maha menyaksikan segala sesuatu. (Qs. Hamim As-Sajdah: 53).

  • Dalil Integrasi Iman dan Ilmu

Pada dasarnya ilmu pengetahuan (sains) sudah ada sejak manusia (Adam) diciptakan, bahkan ilmu pengetahuan sudah melekat dalam diri manusia, hal ini disyaratkan oleh al-Qur'an dimana Allah SWT. yang langsung mengajarkan kepada Adam nama-nama benda yang sudah diciptakan sebelumnya. Dan nama benda tersebut mengandung arti sebagai unsur-unsur pengertian, baik yang ada di dunia maupun di akhirat. Kemudian pengetahuan itu pula yang memberikan Adam tempat yang mulia diantara makhluk-makhluk yang ada, termasuk malaikat yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk sujud sebagai penghormatan kepada Adam. Rasa hormat yang diberikan kepada Adam itu merupakan simbol pengakuan manusia atas keunggulannya. Keunggulan itu disebabkan oleh pengetahuan atas nama-nama benda yang diajarkan oleh Allah SWT kepadanya dan bukan karena keshalehannya, karena sudah pasti dalam keshalehan, para malaikat lebih unggul dari Adam. Selain pengetahuan sebagai alasan bentuk perhormatan kepada Adam, proses penciptaannya pun merupakan sebaik-baiknya, yang membuat kemuliaan tersendiri manusia. Pengetahuan atau dalam bahasa Arab disebut ilmun, tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu merupakan suatu faktor penentu kemajuan suatu bangsa dan masyarakat. Bangsa yang maju biasanya ditandai dengan tingkat pengetahuan yang baik dalam segala aspek kehidupan.

Begitu tingginya nilai ilmu dalam peradaban manusia, Allah menegaskan dalam Al-Qur'an bahwa Dia akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan beriman sebagaimana dalam QS. Al-Mujadilah, 58 : 11, Allah Berfirman:

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Karena itu, dalam konteks ini tidaklah berlebihan jika Rasulullah menegaskan dalam salah satu hadisnya, Rasalullah bersabda:

"Carilah ilmu sampai ke Negeri China, sebab mencari ilmu adalah kewajiban bagi seorang muslim". (HR. Ibnu Abdul Barri).

Hadis di atas menjelaskan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam. Ditambahkan oleh Rasulullah, seandainya suatu ilmu harus dicari sampai ke negeri China sekalipun, maka hal itu harus dilakukan.

Selain itu, penjelasan di atas menunjukkan kepada kita betapa Islam memberikan perhatian yang besar terhadap ilmu. Apapun bentuk ilmu itu, selama bisa memberikan kemanfaatan, maka ilmu tersebut harus dicari. Allah dan Rasul-Nya tidak menyebut suatu disiplin ilmu tertentu yang menjadi penyebab seseorang akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT, demikian juga tidak menyebut dengan menunjuk ilmu-ilmu tertentu untuk dipelajari.

Namun, sampai saat ini, mayoritas hampir masyarakat muslim masih melakukan kategorisasi ilmu yang dikotomi menjadi dua ilmu, yakni ilmu dunia (sains) dan ilmu akhirat (agama). Pembagian ini secara tidak langsung menjadikan banyak umat Islam beranggapan bahwa mempelajari ilmu-ilmu sains, seperti kedokteran, biologi, ekonomi, matematika atau yang lain dikategori sebagai fardhu kifayah. Akibat dari sikap ini, tidak diwajibakan semua umat Islam mempelajari ilmuilmu tersebut. Sebaliknya, mempelajari ilmu-ilmu agama, seperti tasawuf, fiqih, aqidah, tajwid, bahasa Arab atau yang lain bisa termasuk kategori fardhu ain. Dengan kata lain, semua umat Islam wajib mempelajarinya. Jika tidak mempelajari, dia termasuk hamba yang melanggar perintah Allah.

Apabila Pandangan ini dikorelasikan dengan firman Allah dan hadis Rasul di atas, tidak hanya salah, akan tetapi pandangan ini bisa merusak bangunan aqidah. Umat Islam seharusnya meyakini bahwa semua ilmu datangnya dari Allah, baik ilmu umum atau agama dan tidak perlu dimunculkan dikotomi antara keduanya.

Sependapat dengan penjelasan di atas, Murtadha Mutahhari mengungkapkan tentang iman dan sains. Keduanya merupakan karakteristik khas insani. Manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju ke arah kebenaran dan wujud-wujud suci, dan tidak dapat hidup tanpa menyucikan dan menuju sesuatu. Ini adalah kecenderungan iman yang merupakan fitrah manusia. Di pihak lain, manusia juga memiliki kecenderungan untuk selalu ingin memahami alam semesta dan kemampuan untuk memandang masa lalu, sekarang dan masa mendatang, yang semuanya merupakan ciri khas sains. Karena iman dan ilmu merupakan karakteristik insani, maka pemisahan antara keduanya justru akan menurunkan martabat manusia. Iman tanpa ilmu mengakibatan fanatisme dan kemunduran, tahayyul dan kebodohan. Sebaliknya ilmu tanpa iman akan digunakan untuk mengumbar hawa nafsu, kerakusan, ekspansionisme, ambisi, kesombongan, kecurangan dll.

Amin Abdullah menambahkan bahwa akibat dari pola pikir yang serba bipolar-dikotomis ini menjadikan manusia terasing dari nilai-nilai spiritualitasmoralitas, terasing dari dirinya senidiri, terasing dari keluarga dan masyarakat sekelilingnya, terasing dari lingkungan alam dan ragam hayati yang menopang kehidupannya serta terasing dari denyut nadi lingkungan sosial-budaya sekitarnya. Intinya, terjadi proses dehumanisasi secara massif baik pada tataran kehidupan keilmuan maupun keagamaan.

Usaha untuk menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan Islam sebagaimana pendidikan Barat sebagai tolak ukur kemajuan. Dengan kata lain, dualisme-dikotomis itu pada praktiknya lebih banyak memberi dampak negatif dari pada positif. Secara pribadi, hal ini cenderung mengarah pada terbentuknya kepribadian terbelah (split personality) dan secara komunal mengarah pada terciptanya disintegrasi budaya.

Oleh karena itu, desekularisasi sains sains-teknologi) dan ilmu agama harus selalu diupayakan, karena sebenarnya Islam adalah satu-satunya agama yang mendesekularisasi-kan keduanya. Dalam Al-Qur'an, ada tiga hal yang menjadi objek kajian ilmu, dan ketiganya merupakan kesatuan perwujudan dari tanda-tanda (ayatayat) Tuhan yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, yaitu:

 1. Ayat-ayat Tuhan yang terdapat dalam alam semesta, sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Baqarah, 2: 164, Allah Berfirman:

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tandatanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan."

  • Ayat-ayat Tuhan yang ada dalam diri manusia dan sejarah, sebagaimana Allah Berfirman dalam QS. Fushshilat, 41: 53:

  • "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"

  • Ayat-ayat Tuhan yang tersurat dalam kitab suci, antara lain Al-Qur'an itu sendiri, sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al-Nisa', 4: 82, di bawah ini:

  • "Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya."

Tidak jauh beda dengan pendapat di atas, A. Munjin Nasih menjelaskan juga tentang klasifikasi ayat-ayat Tuhan. Dia membagi ayat-ayat Allah menjadi dua, yakni ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat qauliyyah. Ayat-ayat kauniyah adalah ayat-ayat Allah yang berupa alam semesta, sementara ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat Allah yang termaktub dalam kitab-kitab suci-Nya. Dari dua ayat ini, lahirlah berbagai ilmu yang dipelajari oleh manusia. Ilmu kedokteran, astronomi, kimia, teknik, tasawuf, fiqih, ushul fiqih, nahwu semuanya terlahir dari dua ayat Allah tersebut.

 Dengan demikian, merujuk kepada sumber ilmu tersebut, maka tidak pada tempatnya jika ada orang meyakini bahwa mempelajari ilmu kedokteran atau ekonomi, misalnya tidak terkategori sebagai ibadah dan sebaliknya mempelajari fiqih, hadits dikategorikan sebagai bentuk keimanan. Suatu aktifitas ilmu akan diakui sebagai pahala manakala dilakukan hanya untuk mencari ridha Allah dan bukan yang lain. Dengan kata lain, orang yang mempelajari Al-Qur'an atau Hadist sekalipun, kalau tidak diniatkan kepada mencari ridha Allah, maka dipastikan yang bersangkutan tidak mendapatkan pahala dari Allah. Sebaliknya mereka yang mempelajari ekonomi, misalnya, demi menciptakan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mencari ridha Allah, pasti yang bersangkutan akan mendapat pahala dari-Nya.

Penutup

Pada hakikatnya, Al-Qur'an dan Hadist tidak pernah membedakan-bedakan posisi ilmu pengetahuan dan keimanan, bahkan keduanya memberikan perhatian yang besar terhadap kehidupan manusia. Apapun bentuk ilmu dan iman, selama bisa memberikan kemanfaatan, maka ilmu dan iman tersebut harus dicari, sehingga Allah dan Rasul-Nya tidak menyebut ilmu tertentu yang menjadi penyebab seseorang akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT, demikian juga tidak menyebut dengan menunjuk ilmu-ilmu tertentu untuk diketahui. Dengan demikian, gerakan integrasi iman dan ilmu harus selalu diupayakan, karena sebenarnya Islam adalah satu-satunya agama yang mendesekularisasi-kan keduanya. Langkah-langkah integrasi iman dan ilmu ini diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terjadi keselarasan dalam berkehidupan.

Daftar Pustaka

  • Mustopo, A. 2017. INTEGRASI AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN. 5(2): Jurnal Al-Afkar : Universitas Islam Indragiri.
  • Masrur, A. 2016. RELASI IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN (Sebuah Kajian Tafsir Maudhui). Al Bayan : UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
  • Syuhadah, A., et al. 2014. Analisis Konsep Integrasi Ilmu Dalam Islam. Palembang : UIN Raden Fatah Palembang
  • Sabara. 2016. Relasi dan Kesatuan antara Intelektualitas (Ilmu), Spiritualitas (Iman) Dan Moralitas (Akhlak). Makassar : Balai Penelitian dan pengembangan Agama Makassar.
  • Wahyudin, U. 2014. NILAI-NILAI PENDIDIKAN INTEGRASI IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QURAN. Jakarta : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH.
  • Taufik. 2019. INTEGRASI NILAI PENDIDIKAN IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM TAFSIR AL--MISBAH (KAJIAN SURAT AL--MUJADILAH58:11). 1(2): Tangerang : STIT Al-Amin Kreo Tangerang.
  • Anam, N. 2012. AL-QUR'AN DAN HADITS: DIALEKTIKA SAINS-TEKNOLOGI DAN ILMU AGAMA. 16(2): SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-QODIRI JEMBER.
  • Anugrah, A. R., et al. 2019. ISLAM, IMAN DAN IHSAN DALAM KITAB MATAN ARBA'IN ANNAWAWI (STUDI MATERI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI SAW). Riau : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun