Mohon tunggu...
Anggi Ria Meisaroh
Anggi Ria Meisaroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Agroekoteknologi 2021

Pecinta seni dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Integrasi Iman dan Ilmu

10 Desember 2021   14:20 Diperbarui: 10 Desember 2021   14:37 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Karena itu, dalam konteks ini tidaklah berlebihan jika Rasulullah menegaskan dalam salah satu hadisnya, Rasalullah bersabda:

"Carilah ilmu sampai ke Negeri China, sebab mencari ilmu adalah kewajiban bagi seorang muslim". (HR. Ibnu Abdul Barri).

Hadis di atas menjelaskan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam. Ditambahkan oleh Rasulullah, seandainya suatu ilmu harus dicari sampai ke negeri China sekalipun, maka hal itu harus dilakukan.

Selain itu, penjelasan di atas menunjukkan kepada kita betapa Islam memberikan perhatian yang besar terhadap ilmu. Apapun bentuk ilmu itu, selama bisa memberikan kemanfaatan, maka ilmu tersebut harus dicari. Allah dan Rasul-Nya tidak menyebut suatu disiplin ilmu tertentu yang menjadi penyebab seseorang akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT, demikian juga tidak menyebut dengan menunjuk ilmu-ilmu tertentu untuk dipelajari.

Namun, sampai saat ini, mayoritas hampir masyarakat muslim masih melakukan kategorisasi ilmu yang dikotomi menjadi dua ilmu, yakni ilmu dunia (sains) dan ilmu akhirat (agama). Pembagian ini secara tidak langsung menjadikan banyak umat Islam beranggapan bahwa mempelajari ilmu-ilmu sains, seperti kedokteran, biologi, ekonomi, matematika atau yang lain dikategori sebagai fardhu kifayah. Akibat dari sikap ini, tidak diwajibakan semua umat Islam mempelajari ilmuilmu tersebut. Sebaliknya, mempelajari ilmu-ilmu agama, seperti tasawuf, fiqih, aqidah, tajwid, bahasa Arab atau yang lain bisa termasuk kategori fardhu ain. Dengan kata lain, semua umat Islam wajib mempelajarinya. Jika tidak mempelajari, dia termasuk hamba yang melanggar perintah Allah.

Apabila Pandangan ini dikorelasikan dengan firman Allah dan hadis Rasul di atas, tidak hanya salah, akan tetapi pandangan ini bisa merusak bangunan aqidah. Umat Islam seharusnya meyakini bahwa semua ilmu datangnya dari Allah, baik ilmu umum atau agama dan tidak perlu dimunculkan dikotomi antara keduanya.

Sependapat dengan penjelasan di atas, Murtadha Mutahhari mengungkapkan tentang iman dan sains. Keduanya merupakan karakteristik khas insani. Manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju ke arah kebenaran dan wujud-wujud suci, dan tidak dapat hidup tanpa menyucikan dan menuju sesuatu. Ini adalah kecenderungan iman yang merupakan fitrah manusia. Di pihak lain, manusia juga memiliki kecenderungan untuk selalu ingin memahami alam semesta dan kemampuan untuk memandang masa lalu, sekarang dan masa mendatang, yang semuanya merupakan ciri khas sains. Karena iman dan ilmu merupakan karakteristik insani, maka pemisahan antara keduanya justru akan menurunkan martabat manusia. Iman tanpa ilmu mengakibatan fanatisme dan kemunduran, tahayyul dan kebodohan. Sebaliknya ilmu tanpa iman akan digunakan untuk mengumbar hawa nafsu, kerakusan, ekspansionisme, ambisi, kesombongan, kecurangan dll.

Amin Abdullah menambahkan bahwa akibat dari pola pikir yang serba bipolar-dikotomis ini menjadikan manusia terasing dari nilai-nilai spiritualitasmoralitas, terasing dari dirinya senidiri, terasing dari keluarga dan masyarakat sekelilingnya, terasing dari lingkungan alam dan ragam hayati yang menopang kehidupannya serta terasing dari denyut nadi lingkungan sosial-budaya sekitarnya. Intinya, terjadi proses dehumanisasi secara massif baik pada tataran kehidupan keilmuan maupun keagamaan.

Usaha untuk menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan Islam sebagaimana pendidikan Barat sebagai tolak ukur kemajuan. Dengan kata lain, dualisme-dikotomis itu pada praktiknya lebih banyak memberi dampak negatif dari pada positif. Secara pribadi, hal ini cenderung mengarah pada terbentuknya kepribadian terbelah (split personality) dan secara komunal mengarah pada terciptanya disintegrasi budaya.

Oleh karena itu, desekularisasi sains sains-teknologi) dan ilmu agama harus selalu diupayakan, karena sebenarnya Islam adalah satu-satunya agama yang mendesekularisasi-kan keduanya. Dalam Al-Qur'an, ada tiga hal yang menjadi objek kajian ilmu, dan ketiganya merupakan kesatuan perwujudan dari tanda-tanda (ayatayat) Tuhan yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun