" Whillem aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu." Kataku memulai pembicaraan
" Pertanyaan apa itu?" tanyanya
" Mengapa kau bebas untuk keluar masuk dari sini?" tanyaku
" Sebenarnya saya adalah seorang anak kompeni. Saya dititipkan kesini untuk belajar di sini, agar saya bisa berbaur dengan anak-anak pribumi." Tuturnya
" Kalau begitu, itu hal yang sangat bagus." Kataku
" Ya. Saya banyak belajar di sini. Maka dari itu saya selalu senang di sini." Katanya
       Kami menjadi semakin akrab dari hari ke hari. Setiap latihan bela diri kami selalu menjadi partner untuk bertarung. Sampai akhirnya kami bertumbuh dengan sangat cepat. Masing-masing dari kami selalu mempunyai ide dan gagasannya sendiri. Sungguh beruntung aku bisa berteman baik dengan anak seorang kompeni.
       Satu ketika Whillem dipanggil oleh ayahnya untuk kembali pulang dan tidak meneruskan belajarnya di pesantren ini. Karena ada isu yang mengatakan bahwa pesantren ini akan di tutup dan akan dijadikan sebuah bangunan baru. Semua orang sudah mendengar gosip itu.
       Tak luput dari pandanganku yang mungkin mereka akan menutup pesantren ini karena pak Kyai sudah sangat sepuh. Tapi itu tidak masuk akal karena masih ada anaknya yang bisa meneruskan pesantren ini. Mungkin hanya sebuah isu saja tanpa ada tindakan apa pun.
       Tepat pada malam kamis pahing aku di panggil oleh pak Kyai yang rumahnya masih berada di kompleks pesantren ini.
" Assalamualaikum." Kataku sembari mengetuk pintu