Mohon tunggu...
Andri Lesmana
Andri Lesmana Mohon Tunggu... Lainnya - Maju atau tidak sama sekali

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah dan Keringat

21 Februari 2021   17:54 Diperbarui: 24 Februari 2021   07:48 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Apa yang kau lakukan Sutan? Kau mau menjadi budak mereka?" teriak salah seorang warga

" Begini. Kita ini satu darah. Satu tanah air. Satu bangsa. Kita satu warna kulit. Bahasa kita ini sama! Kalian sadar itu kan?" kataku

" Benar itu! Kita ini satu bangsa. Tanah air kita jangan sampai diambil alih oleh orang-orang penjilat itu!" kata Rinto

" Ya kalau kita bersatu kita pasti bisa mengusir mereka dari tanah air kita!" kataku

" Kalau begitu kita harus bersama-sama membela tanah air kita ini!" teriak seorang warga

" Ya benar!" disambut dengan jawaban serentak dari para penduduk lain.

              Lalu kami mengabdikan diri kepada orang-orang itu. Selama beberapa hari memang kami diberikan hak-hak kami seperti makan dan tempat tinggal. Namun, memasuki satu bulan kami mengabdi orang-orang itu mulai acuh. Seketika itu banyak korban yang berjatuhan di kalangan kami. Kerja yang sifatnya memaksa dan tanpa memedulikan hak asasi manusia. Rasa kemanusiaan sudah hilang dirasa dari muka bumi ini.

              Satu ketika di hari yang sangat panas penduduk pribumi harus rela menyeret sebuah batu yang cekup besar dengan bertelanjang dada. Ada yang mengangkut pasir di punggungnya menggunakan karung goni. Ada pula yang bertugas membuat aliran air di sisi jalan dengan menggunakan cangkul. Di bawah sengatan cahaya matahari yang sangat panas ini bangsa kami seperti dibakar di neraka. Tak ada keadilan, tak ada kebijakan yang menguntungkan kami, tak ada lagi rasa saling menghormati antar sesama manusia yang ada hanyalah siksaan fisik dan batin yang dirasakan.

" Cepat! Cepat! Kerjamu  lamban sekali!" teriak seorang pengawas dengan memukulkan tongkat kayu ke punggung salah seorang penduduk pribumi

              Aku yang melihat itu dari atas bukit merasakan rasa yang sama dengan apa yang dirasakan orang itu. Sebuah pukulan mengenai kulit yang tersengat oleh matahari itu menjadikannya lebam di belakang dadanya. Satu hal yang ingin aku balaskan kepada mereka suatu saat nanti.

              Suara kereta kuda terdengar dari kejauhan. Rupanya pemimpin mereka datang untuk mengontrol keadaan. Suara itu terhenti. Dan aku teringat wajah orang yang berada di atas kereta kuda di waktu malam yang mencekam itu. Timbullah rasa penasaranku untuk mengetahui siapa dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun