Mohon tunggu...
Andri Lesmana
Andri Lesmana Mohon Tunggu... Lainnya - Maju atau tidak sama sekali

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah dan Keringat

21 Februari 2021   17:54 Diperbarui: 24 Februari 2021   07:48 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             Aku pelan-pelan mendekatinya dan berusaha  membunuhnya di saat itulah ia langsung menahan tanganku. Dengan ilmu bela diri yang ia pelajari dengan mudahnya ia menangkis seranganku. Dengan segera ia mengambil pistol di lacinya dan menodongkannya kepadaku.

" Oh Sutan temanku. Rupanya kau yang akan mencoba membunuhku. Hahaha." Katanya sambil tertawa " Ayolah kita duduk dulu sebentar Sutan." Sambungnya

" Kau Whillem. Kau sudah berkhianat. Kau berpura-pura baik di hadapan anak-anak pribumi. Dasar licik kau!" umpatku

" Mengapa begitu? Aku ini seorang Belanda yang tidak mungkin berkhianat pada bangsaku sendiri. Hahaha!" katanya sembari mengepulkan asap cerutu yang keluar dari mulutnya.

" Munafik kau!" kataku

" Kalau begitu apa yang akan kau lakukan Sutan?" tanyanya

" Aku akan menggerakkan semua rakyat pribumi untuk melakukan perlawanan terhadap kalian!" kataku

" Silakan saja kalau kau bisa, hahaha!" jawabnya sambil tertawa

              Lalu ia bangkit dan menodongkan pistol miliknya lagi  kepadaku. Dengan segera aku juga mengacungkan pisau yang kupegang ke arah lehernya. Kami sama-sama menodongkan senjata kami satu sama lain. Tak ada pembicaraan di antara kami berdua yang ada hanyalah tatapan yang saling menyimpan dendam satu sama lain.

              Setelah beberapa lama terdengar suara orang berlari ke arah kami. Dengan segera aku pergi dari sana dengan melewati jendela Whillem. Saat itu tidak langsung menembakku  tetapi ia memberikan kesempatan bagiku untuk pergi dari rumahnya. Dan aku segera berlari dari rumah itu dengan Whillem yang menatapku dari jendela kamarnya.

              Satu pukulan keras bagi kita selaku tuan rumah yang dijajah oleh tamu yang tak diundang ini. Kami harus bisa membalikkan keadaan. Dengan tujuan keadaan yang baik itu memihak kepada kami. Jangan sampai perjuangan berakhir hanya sampai di sini saja. Masih banyak waktu untuk memperjuangkan bangsa kita. Selama darah masih mengalir di dalam nadi kita selama itu pula wajib bagi kita membela bangsa dan tanah air tercinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun