Aluna mengangguk, matanya berkaca-kaca. “Kamu juga, Amir. Kita akan tetap kuat.”
Hari-hari tanpa Aluna terasa sepi bagi Amir. Dia merindukan senyum manisnya, obrolan mereka di malam hari, dan kebersamaan yang selalu membuatnya merasa utuh. Meskipun begitu, dia tetap berusaha untuk kuat dan mendukung Aluna dari jauh.
Mereka sering bertukar pesan dan video call, meski perbedaan waktu sering kali menjadi tantangan. Di sisi lain, Aluna juga merasakan hal yang sama.
Kehidupan baru di negeri orang memberinya banyak pengalaman dan pelajaran, tapi ada kekosongan yang selalu mengikutinya. Setiap kali melihat sesuatu yang indah, dia berharap Amir ada di sampingnya untuk berbagi.