"Mereka terdiri dari satu regu sniper dan pasukan infantri mereka. Ketika mereka kehilangan pimpinan. Pasukan Australia segera menghajar mereka hanya menyisakan lima orang peleton saja yang lari tunggang langgang. Aku menembak pimpinan mereka serta lima prajurit Australia sehingga mereka berlari terbirit-birit. "
"Aku kira penting sekali.Aku harus mendapatkan nasehat bagaimana dari penyerang sniper. Tadi seorang pasukan kami tewas dan kami sudah kehilangan banyak teman"
Si Abdullah menjadi prihatin.
"Sulit sekali untuk melawan mereka karena mereka pasti sembunyi dan mereka sudah mengantisipasi seluruhnya. Misalnya mereka mau menembak pasti mereka sudah mengetahui siapa saja yang akan bereaksi melihat tembakan mereka. Namun mereka tetap saja manusia kau bisa melihat kelemahan dari berbagai sniper ini"
Aku menggaruk kepala bagaimana aku tahu jika aku tidak melihat tiba-tiba ada orang yang menembakku di dada. Aku pikir ini sesuatu yang impossible. Belum isyu mengenai Gurkha pergi kini ada penembak jitu lagi perang ini semakin diramaikan oleh persenjataan yang sangat canggih dan modern.
"Esad Pasha sudah mendalamkan lubang pertahanan kami. Apakah lubang pertahanan cukup membantu kita dari serangan sniper"
"Ya, itu penting sekali sebab tidak semua pasukan dalam sekutu adalah pasukan khusus dan mudah-mudahan kita yang hadapi adalah pasukan reguler biasa yang bisa kita kalahkan seperti sebelumnya. Asalkan?", kata sniper tersebut mencoba menguji diriku
"Aku tidak tahu, asalkan apa?"
"Tuan harus disiplin dalam berperang sebab kesalahan sedikit sudah akan terlihat fatal sekali. Kita harus menunduk terus kecuali ada perintah yang datang. Asal mereka sabar saya maka semuanya akan terselematakan. Ia meminta komandan peleteon untuk memperkenankan mengenai  perlindungan untuk pasukan. Hal ini untuk agar  mereka dapat bertugas dalam waktu yang ringkas ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H