"Tapi tuan. Aku ini fakir ilmu"
"Tetapi bukankah kau lebih berilmu dariku?"
Akhirnya ia setuju dengan memberikan pengajaran dariku dan aku sangat senang sekali.
Â
Tembakan musuh
Belum lagi pasukanku genap menjadi tiga puluh kini ada seorang prajurit yang terkena tembakan . Tentara tersebut sedang berajaga dan ia tidak melihat yang menembaknya dan bahkan kawan yang disampingnya hanya segera menembakkan senapannnya beruntuntan, Dan senapan mesin mungkin menghalau orang tersebut. Kini kami hanya tiga belas plus dengan Mulazim 14 orang. Tentu saya sangat cemas dengan hal ini.
Mulazim juga tampaknya sudah khawatir dengan menurunnya pasukan nya. Ia bertanya padaku
"Mungkinkah penembak jitu yang menembaknya"
"Aku rasa tidak kalau penembak jitu pasti yang memegang senapan mesinpun terkena lebih dahulu. Mungkin orang tersebut cuma berlatih saja. Bukankah kita menembak mereka jika ad kesempatan"
"Aku mau kalian semua waspada karena sniper sudah ada. Kita harus memperhatikan gerak kita kalau lengah sedikit saja kita akan merasakan peluru mereka"
Semua yang ada mengangguk. Mereka segera kembali ke posnya masing-masing. Mereka bersiaga dan mendengar apa saja pergerakan musuh. Kalau ada saja sedikit gerakan mereka waspada. Terlebih lagi kalau bunyi peluit maka mereka harus lebih siaga lagi dengan itu.