"Masya Allah..Abdullah The Terrible" , aku berdecak kagum mendengar namanya yang menjadi momok yang menakutkan bagi pasukan musuh.
Wajah Abdullah  tidak terpengaruh oleh pujianku yang setinggi langit. Ia tetap tawadhu dan merendah kan hatinya.
"Itu pekerjaan pers Australia yang membuat julukan padaku. Aku sebenarnya bukan the terrible. Mereka hanya membuat suatu pengakuan yang terlalu berlebihan. Aku sama seperti sniper lainnya yang menembak tepat dan aku kira aku tidak istimewa dibandingkan yang lain"
"Tetapi reputasi tuan. Masya Allah", aku menjadi malu karena memujinya. Mungkin ia adalah orang yang sangat tawadhu untuk memperoleh kehormatan pujian.
"Aku hanya diberi tugas oleh komandan Batalion kalian agar menyerang komandan di sana. Aku yakin komandannya tadi tewas dan mereka tidak akan untuk menyerang kita lagi dalam waktu yang dekat ini"
"Syukur kalau begitu. Kami sementara bisa tenang menghadapi serangan mereka dan para sniper mereka yang telah membunuh seorang"
"Kau tahu di tempat lain mereka telah membunuh satu peleton dalam waktu 30 menit"
Tentu saja aku terkejut mendengar penuturan tersebut. Aku ingin mengetahui cerita yang lain
"Dimana mereka beroperasi?"
"Mereka beroperasi di sektor 17"
Bukankah sektor 17 tempat pamanku sendiri. Aku mengkhawatirkan keselamatan pamanku. Aku berdoa dalam hati bahwa tidak terjadi sesuatupun yang buruk bagi pamannya.Â