Mereka sudah mendapatkan pelatihan dari seorang sniper Jerman yang bernama Baron Francis Frederich. Ia seorang sniper yang sangat mumpuni dan sudah menyerang sniper Inggris, Perancis dan Australia sekalipun. Reputasinya sangat berbahaya di berbagai medan perang baik di Somne maupun di Galipoli.
Selama dua jam penjagaan tidak ada pergerakan yang berarti dalam perang ini.  Aku melihat pohon yang tampaknya posisinya bukan di tempat yang tadi. Pohon tersebut bergerak atau saya yang lupa letak pohon tersebut. Aku mengamati pohon tersebut namun tampaknya pohon tersebut seolah diamati oleh diriku sehingga ia tidak mau bergerak. Aku hendak  membidik tanaman tersebut namun khawatir dengan  pasukan Australia yang mendengar tembakanku sehinga mereka akan mengetahui posisiku.
Aku berbisik pada Mulazim, siapa yang ada dalam pohon tersebut. Ia mengisyaratakan agar tidak menembak pohon tersebut. Aku patuh dan tidak mau untuk menembak orang tersebut. Aku berbisik kepada sampingku agar jangan menembakinya.
Dalam waktu tidak lebih dari satu menit dai pasukan Australia terdengan teriakan dan mereka membalas tembakan dengan senapan mesin. Suara gaduh muncul dari parit pasukan Australia. Mereka langsung menembakkan artileri ke arah kami. Kami menunduk di balik parut tersebut .
Aku melihat orang yang ada dalam pohon tersebut segera bergerak dengan cepat menghindari peluru yang menungkik. Ia meloncat dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menghindari tembakan artileri. Aku melihat ada seorang prajurit Australia yang keluar dari parit dan ia sudah membidik sniper Turki tersebut. Aku membidik orang Australia tersebut yang mengenakan bedil biasa.
Sebelum ia menarik telunjuk di picu senapan aku sedang menghempaskan sebuah peluru ke sana dan menghantam tubuhnya dan terhempas Sniper tersebut sempat melihat ke belakang melihat orang yang membunuhnya terhempas. Ia bahkan lari lagi diantara serangan bom.
Kami menjulurkan tangan pada orang tersebut yang nampaknya cemas dengan serangan artileri musuh. 10 meter lagi bahkan peluru menghujani kami sehingga kami merunduk kembali. Si sniper maju lagi dan berlari dengan kencang dan langkah lebarnya memasukkan dirinya kembali ke dalam parit. Setelah itu artileri mereka meluncurk kembali. Mulazim menyambut sniper tersebut dan menepuk-nepuk punggungnya tanda bahagia. Ia juga berterima kasih pada diriku karena ia tertolong oleh tembakanku.
Abdullah The Terrible
Aku berkenalan dengan seorang penembak jitu yang luar biasa. Ia memang membantu kami dalam perang ini karena tembakan tepatnya. Konon katanya ia berhasil membunuh seorang Jenderal Inggris. Operasi mereka sangat berbahaya dan menimbulkan ketakutan tersendiri di kalangan pasukan sekutu.
"Namaku Ismail, Tuan..?"
"Aku Abdullah"