Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | O, Hari yang Panjang

5 Januari 2018   10:15 Diperbarui: 7 Januari 2018   22:44 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lagi pula aku punya satu pertanyaan penting, yang lebih mendesak dari sebuah upaya menaruh kepercayaan pada orang lain. Apa hubunganmu denganmu dengan Hio? Kau selalu membawa nama Hio dalam setiap kata-katamu?"

Kalani tertawa. Dia menutup mukanya dengan kedua telapak tangan. Seperti menyembunyikan sesuatu. Aku jadi penasaran apa yang sedang dia sembunyikan itu.

Kalani membuka mulut, "Hio," katanya tertahan. "Bukan siapa-siapa."

Tidak. Itu tidak benar. Pasti ada sesuatu di antara mereka yang selama ini tidak tercium olehku. Pasti ada. "Tapi... Lalu... Apa?"

Kalani menoleh ke arahku. Aku membalas. Untuk beberapa saat mata kami saling bertautan. Kalani meletakkan sebelah tangannya di atas tanganku. Untuk beberapa saat pula, masing-masing tangan kami saling bertumpuk. Ini bahaya pikirku. Aku tak pernah merasa suka jika posisiku berada di bawah. Aku akan dikendalikan orang lain. Aku akan diperbudaknya. Aku pasti akan diperbudaknya. Ini tak boleh terjadi.

Akan tetapi, kata-kata itu muncul lagi. Aku hanya belum terbiasa. Ya. Aku hanya belum terbiasa dikendalikan oleh orang lain. Dan pagi ini, aku merasa benar-benar sedang dikendalikan oleh orang lain karena ketika Kalani meletakan sebelah tangannya di atas tanganku, aku diam saja. Tak bisa menolak alih-alih membiarkannya berada di atasnya untuk beberapa saat sampai kupikir dia telah berhasil menghipnotisku.

Kalani terus memandangku. Aku memandang matanya. Yang cerlang dan bercahaya. Pipi Kalani sungguh mulus dan merah muda. Rambutnya tergerai di pundaknya. Hidungnya kecil. Alisnya hitam jelaga dan dia memiliki kumis tipis di bawah hidungnya.

Aku tahu aku telah terhipnotis oleh kecantikannya. Oleh pengetahuannya membujuk orang lain untuk mendengar setiap kata-kata yang diucapkannya. Kini dari balik bola matanya, bisa kulihat diriku sendiri terjebak di sana. Diriku yang terjebak di dalam cermin. Wajahnya memelas seperti memohon supaya dikeluarkan. Di dalam hati, aku menjawab: aku tidak tahu caranya.

Lalu samar-samar kudengar seseorang perempuan mengatakan, "Hio, temanku. Dia menyukaiku. Tapi aku tak menyukainya. Namun aku menerima usulannya: kalau dia tak cukup hebat untuk diriku, dia bilang, dia masih punya satu orang lagi yang lebih hebat darinya. Dan dia ingin aku mengenalmu."

Kepalaku berputar-putar mendengar penjelasan itu. Bukan karena Hio tidak memberi tahuku sejak awal. Tapi lebih kepada, dia telah menjebakku untuk keluar kamar dan merelakanku supaya dimangsa serigala salju. Mengapa dia bisa begitu jahat?

Dia tak bisa mendapatkan Kalani. Dan agar dia tak mengalami penderitaan patah hati sendiri. Dia mengumpankanku ke arah binatang predator itu. Aku bertanya-tanya. Apa aku sudah cukup tercabik-cabik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun