Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | O, Hari yang Panjang

5 Januari 2018   10:15 Diperbarui: 7 Januari 2018   22:44 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak. Aku malah menyaksikannya sendiri."

"Oke. Apa lagi yang Hio katakan tentangku, tentang semua kelemahanku?"

Kalani meneguk cangkir kopinya lagi. "Itu bukan kelamahan, Caius!"

"Tapi?" tanyaku.

"Hanya hal yang perlu dimaklumi. Seperti saat kau jatuh sakit. Semua orang selalu jatuh sakit," Kalani menghembuskan napas. "Saat melamun. Semua orang butuh me-reset otaknya jika dirasa kerjanya kurang maksimal. Atau segalanya dalam keadaan kekacauan. Tapi akan menjadi salah kalau kau melamun sementara kau berada bersama orang lain. Karena dengan melakukannya kau akan dituduh memikirkan yang tidak-tidak."

"Mesum?" Aku menebak.

"Itu tidak berbahaya. Yang kejam justru kau memikirkan masa depan tapi kau sama sekali tidak mengangkat bokongmu dari tempat dudukmu."

Aku tertawa. Bukan karena dia tahu apa yang kupikirkan. Melainkan justru takut apa yang kupikirkan benar-benar terjadi. Meski pun aku tidak yakin berapa besar tingkat keakuratannya.  

"Hio bilang, " Hio lagi, pikirku. "Kau orang baik-baik. Jadi tidak mengejutkan kalau kau berpikir orang-orang jahat akan melukaimu, hingga kau merasa masa depanmu terancam akannya. Tapi yang jadi pertimbangan, kupikir kau harus mulai percaya pada orang lain."

Aku bertanya-tanya. Mengapa selalu Hio yang dia sebutkan untuk membuka percakapan. Apa dia tidak kenal orang selain Hio, Hio yang lebih menarik dari Hio yang ia kenal. Kupikir ada banyak sekali Hio di dunia ini. Hiu saja ada banyak jenisnya di lautan. Pasti ada jenis lain dari Hio yang ada dipermukaan bumi ini. Aku jadi curiga kalau mereka ada hubungan khusus sehingga merasa perlu menyebutkan nama satu sama lain dalam setiap percakapan.

"Aku selalu ingin menaruh kepercayaanku kepada orang lain. Masalahnya mereka tak punya meja untuk tempatku meletakan cangkir," kataku sambil benar-benar menaruh cangkir kopi di bangku kayu panjang yang kududuki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun