Tangisanku pecah saat itu juga. Perasaan kesal dan marah yang sudah aku pendam selama bertahun-tahun meluap begitu saja.
"Syukurlah kau hidup dengan baik, Dik. Duh... Anak bungsu Mama udah sukses.. Hebat kamu, Dik," puji Mama sambil menatap wajahku lamat-lamat.
"Maaf, Ma, Pa.. Dika gak pernah pulang dan menemui kalian lagi sejak hari itu. Dika merasa menjadi anak yang gak baik," kataku.
"Itu bukan salahmu, Dik. Mama Papa tenang melihat kamu hidup bahagia. Itu saja sudah cukup untuk kami," Papa menjawab.
"Mama minta maaf karena dulu sempat kasar dan bilang kamu berbohong. Akhirnya Mama tau kamu gak berbohong. Buktinya kamu bisa melihat Mama dan Papa saat ini. Mama dan Papa tenang tau kamu hidup dengan baik."
Aku sangat kaget mendengar kata-kata Mama. Aku merasa sangat menyesal.Â
"Ma... Pa... maafin Dika...." aku tak dapat menahan tangis.
"Tak apa, Dik. Mama Papa pergi dulu ya, hiduplah dengan baik."
Mama dan Papa akhirnya melangkah menjauh.... sampai akhirnya hilang dari pandangan.
Apartemenku kembali sepi. Seperti tidak ada yang datang.Â
Aku masih duduk terdiam. Hatiku sangat hancur. Semua terasa begitu nyata.