Mohon tunggu...
Rahmah Aulia N
Rahmah Aulia N Mohon Tunggu... Dokter - Pelajar SMAN 28 Jakarta

Rahmah Aulia Nandita (29) - XI MIPA 4

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua Terasa Begitu Nyata

29 November 2020   20:12 Diperbarui: 29 November 2020   20:15 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sini Mama foto kalian dulu sebelum pergi. Mumpung anak bungsu Mama yang ganteng pakai setelan yang keren seperti ini," Mama tiba-tiba memfoto aku dan Abang dari pintu mobil. Aku dan Abang yang setengah terkejut langsung tersenyum agar tampak bagus di foto.

"Kami pergi dulu, selamat tinggal, Ma, Pa," kata Abang sambil melambaikan tangan. Aku pun mengikutinya.

Kondisi jalan pagi ini tidak terlalu padat. Kami memutuskan santai karena masih cukup lama sebelum acaranya dimulai. Kami terlalu cepat berangkat. Itu karena kebiasaan orang tuaku yang selalu disiplin waktu. 

'Lebih baik kita yang menunggu, Nak, daripada membuat orang lain menunggu' itulah kata-kata yang selalu diucapkan kedua orang tuaku.

"Haaahh.... sejuk sekali udara pagi ini, sepertinya alam sedang mendukungku. Serasa seperti kita sedang di pantai saja ya, Bang," kataku sambil menghirup udara kuat-kuat.

"Jika dilihat-lihat dari udaranya, sepertinya hari ini akan ada klien yang datang menemui Abang. Mungkin saja Abang akan dipanggil ke luar kota mengurusi proyek ini," Abang tiba-tiba memecah lamunanku yang sedang asyik menikmati udara sejuk di pagi ini.

"Kau tau, atasan Abang akan segera menaikkan Abang ke posisi yang lebih tinggi karena kinerja Abang selama ini sangat bagus. Nanti kau, Dika, kalo sudah besar jadilah pria sejati yang baik dan bisa diandalkan, kelak dunia akan mengikuti kebaikan kau. Seperti Abang contohnya," lanjutnya.

Ya, Abang sudah bekerja sedangkan aku baru mau masuk kuliah. Abang membantu membiayai sekolahku karena Papa sudah pensiun. Semua orang tau Abang itu seperti tulang punggung dan kebanggaan keluarga kami. Aku saja sejak kecil sangat mengidolakan Abang. Abang selalu menemaniku, menjadi kakak yang baik, melindungiku, menjadi anak yang bisa diandalkan kedua orang tuaku. Sepertinya semua hal baik dimiliki Abang. Hanya saja Abang adalah orang yang cukup pendiam, tidak sering mengungkapkan apa yang dia inginkan.

TIIIIINNNNN....... BRAAAKKKKKKK

Sebuah mobil merah melaju dengan cepat dari sisi kanan mobil Abang. Aku tidak ingat kenapa dunia seolah berputar. Tiupan angin sepoi-sepoi yang sedari tadi aku dan Abang nikmati berubah menjadi tiupan serpihan kaca pecah yang mengisi mobil Abang. Aku berusaha keras memutar kepala ke arah kanan dan mengecek kondisi Abang. Kepala Abang berdarah. Aku mencoba meraih dan menggenggam tangannya. Pandanganku mulai kabur. Berusaha tetap sadar, aku melihat wajah Abang lamat-lamat. Abang tersenyum damai. Seolah masih bisa merasakan angin sejuk menerpa wajahnya. Setetes air mata turun membasahi pipiku. Gelap. Semuanya menjadi gelap. Kurasa aku dan Abang akan pergi ke tempat yang jauh.

Cukup lama hingga aku sembuh dan pulih dari kejadian tersebut. Yang terakhir aku ingat hanyalah wajah Abang yang tersenyum damai dan tanganku yang menggenggam tangannya. Setelah kejadian tersebut, Mama menjadi sangat diam. Sering kali aku melihat Mama duduk terdiam di teras rumah sambil memegang foto terakhir yang diambil sebelum aku dan Abang berangkat. Papa masih saja terus berusaha terlihat tegar. Aku yang terkadang masih mengalami reaksi-reaksi aneh di kepalaku, mulai membaik. Kata dokter, aku mengalami trauma. Tetapi, aku tetap melanjutkan sekolah. Papa bilang kehidupan ini harus terus berjalan. Ingatanku masih samar-samar, lebih tepatnya aku tidak tau kemana Abang selama ini, setelah aku menggenggam tangannya. Mungkin Abang pergi ke luar kota karena kliennya, pikirku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun