Mohon tunggu...
Rahmah Aulia N
Rahmah Aulia N Mohon Tunggu... Dokter - Pelajar SMAN 28 Jakarta

Rahmah Aulia Nandita (29) - XI MIPA 4

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua Terasa Begitu Nyata

29 November 2020   20:12 Diperbarui: 29 November 2020   20:15 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Iyaa jangan ya, Nak. Kasian Eyang, kan lagi sakit,"

"Iya deh, Yah. Dadah Ayah, tunggu Yara pulang yaa. Low you, Ayah...." kata Kyara yang selalu salah menyebut kata 'love'.

"Love, Ra... bukan low. Iyaa, dadah....."

Nuttt nutt nutt

Aku berjalan ke tempat mobilku terparkir. Aku akan langsung pulang. Hari ini aku cukup lelah dan hanya ingin langsung istirahat dan tertidur. Aku segera melaju menuju apartemen tempat aku dan keluargaku tinggal.

Sesampainya, aku langsung bersih-bersih dan siap untuk tidur. Merebahkan diri di atas kasur yang empuk. Seharusnya aku bisa langsung tertidur karena aku sudah sangat lelah. Tetapi aku tidak bisa tertidur. Gelisah. Tiba-tiba aku teringat album foto masa kecilku. Huh, lagi-lagi aku masih mengingat masa itu. Hatiku benci, tetapi tanganku malah sibuk mencari album foto yang sudah usang yang aku sembunyikan di dalam lemari pakaian. Akhirnya ketemu. Album kecil yang sangat aku benci, tetapi aku tidak pernah bisa melupakan kenangan di dalam album foto itu.

Lembar demi lembar aku buka. Aku merindukan mereka. Terlihat Papa, Mama, Abang, dan aku tersenyum bahagia di semua foto itu. Mulai dari foto di atas perahu, foto kami membuat istana pasir, hingga foto di pantai sambil memegang kelapa utuh, kaki yang basah terkena deburan ombak. Semua foto itu adalah momen kebahagiaan Abang. Abang sangat menyukai pantai. Mukanya sangat bahagia di foto-foto itu. Aku terus membuka album, sampai pada lembar terakhir, dimana aku dan Abang sedang di dalam mobil. Aku memakai setelan jas kebesaran. Itulah awal dari semuanya.

"Hati-hati, Bang, bawa mobilnya. Ikuti rambu lalu lintas, jangan ngebut-ngebut," kata Papa. Abang langsung mengacungkan jempolnya. Tanda mengiyakan.

"Kami pergi dulu, Ma, Pa, doain Dika semoga lancar acaranya," kataku sambil mengikat tali sepatu yang Abang pinjamkan untukku.

Setelan jas yang agak kebesaran dan sepatu mahal yang aku pakai ini adalah milik Abang. Aku tidak punya sendiri karena belum butuh pakaian seperti itu.

Aku pun menaiki mobil dan Abang sudah ada di bangku supir, menungguku sejak tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun