“Kau pasti bosan.”
“Bosan. Tapi tidak juga, karena ada Dion, aku tak bisa membayangkan jika tak ada dia.”
“Ya.” Delina menganggukkan kepala. Raut wajahnya tampak serius.
“Tapi, Dion pernah menghilang, kau tahu?” Gadis muda itu kemudian bangkit lalu mengambil buku.
“Lima bulan kan?” sahut Delina.
“Iya… Dia pergi menghilang dan hanya kembali pada saat-saat tertentu, lalu pergi lagi. Perginya sangat lama tapi kembalinya sebentar.”
Delina meraih tisu yang tergeletak di atas meja kecil dekat kasur.
“Pernah suatu ketika, Del. Aku membaca “Linguae” karya Seno Gumira Ajidarma, ada kutipan yang berbunyi…
“Aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun, berapa lama pun, selama aku mencintainya.”
“Tapi, akhirnya kau pergi dengan Joni… kau tak mencintainya.” Delina membelai rambut sahabatnya.
Air mata mengalir di pipi gadis muda itu, menetes di baju Delina.
“Kau harus membuang, Dion, ke tempat sampah depan rumahmu.”
Dan kini, baju Delina semakin basah.
Madiun, 18 Januari 2014