Mohon tunggu...
Ana Widyaningrum
Ana Widyaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Full time writer

Ibu rumah tangga yang memilih kegiatan menulis sebagai me time nya.

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Mutiara di Pulau Sombori

20 Juni 2024   10:44 Diperbarui: 20 Juni 2024   11:33 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar jawaban itu, aku membelalak ke arahnya. Aku bersorak, bahkan hampir meneteskan air mata bahagia. 

Aku tidak mencintai orang yang salah!

 

***

Sejak hari itu, aku terus berusaha mendekati Bagas. Kugunakan kuasaku sebagai ketua tim untuk mengatur urusan KKN ini supaya terus bersinggungan dengannya. Hasilnya sesuai dengan rencanaku, hubunganku dengan Bagas semakin dekat. Sedikit banyak aku juga tahu apa yang disukai dan yang tak disukainya. 

Sebelum waktu mengajarku dimulai, aku juga selalu makan bersama dengannya. Bukan menu makanan mewah, hanya berbagai olahan ikan di warung makan dekat sekolah. Namun bukankah makanan apapun yang dimakan bersama orang yang kita cinta menjadi sangat bermakna? Jika digambar dalam kurva, agaknya hubunganku dan Bagas saat itu adalah kurva yang menunjukkan kenaikan pesat.

Namun ternyata semua itu hanya ada dalam pikiranku saja. Saat makan siang bersama ke sekian kalinya, ia berkata ingin menyudahi kegiatan yang membuatku berjuta kali lipat lebih bersemangat dan sangat kutunggu setiap harinya.

"Aku merasa bersalah pada mendiang istriku," ucapnya lirih. "Nggak semestinya aku bahagia seperti ini. Maafkan aku, Amara. Aku yakin suatu saat nanti, kamu pasti bertemu dengan pria yang tepat, memperlakukanmu dengan lebih baik, dan tentunya yang tidak terjebak pada masa lalu sepertiku."

Ia lalu beranjak dari tempat duduk kami, dan berlalu tanpa menyentuh makanan yang dipesannya. Tampaknya ia hanya ingin meninggalkanku sesegera mungkin.

***

Sejak Bagas meninggalkanku, aku selalu merenung sendiri di pantai jika sedang tak ada lagi pekerjaan yang harus kuselesaikan. Mendengar deburan ombak yang saling bersahutan, membuat pikiranku yang kusut dan penuh, menjadi sedikit lega. Aku bersyukur karena patah hati pertamaku, berada di tempat seindah ini. Setidaknya dengan melihat laut, aku bisa menghilangkan penatku walau hanya sesaat.

"Ini untuk kamu!" seru Radit yang tiba-tiba sudah duduk di sampingku. Ia memberiku kerang laut berwarna cokelat berkilauan.

"Aku baru selesai menemani Pak Firman dan teman-temannya melaut hari ini. Dan kebetulan aku ngelihat kamu di sini," ucapnya seperti mengerti kebingunganku akan kemunculannya yang tiba-tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun