Mohon tunggu...
Ana Widyaningrum
Ana Widyaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Full time writer

Ibu rumah tangga yang memilih kegiatan menulis sebagai me time nya.

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Mutiara di Pulau Sombori

20 Juni 2024   10:44 Diperbarui: 20 Juni 2024   11:33 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nggak ada waktu untuk main-main, Amara. Lagian sejak kapan cowok seperti Radit masuk ke dalam kriteriamu?

 

***

Aku pertama kali bertemu dengannya, pria yang membuat hidupku jungkir balik, di pulau ini. Saat itu, usiaku baru menginjak dua puluh tahun, dan pria itu berusia dua puluhan akhir, sama sepertiku saat ini. Salah satu alasanku tak pernah terlibat urusan percintaan selama kuliah adalah, karena aku tak suka dengan lelaki yang seumur denganku.

Terlahir menjadi anak yatim, membuatku tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Ibuku juga tak pernah menikah lagi. Sepanjang hidupnya, ia hanya fokus bekerja menghidupiku dan Nenek. Mungkin karena alasan itu, saat bertemu dengannya, aku cenderung tertarik padanya. Alasannya sederhana, aku merindukan kasih sayang pria dewasa yang tak pernah sempat kurasakan sepanjang hidupku yang keras.

Ia adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah dasar tempatku membuka bimbingan belajar. Bimbingan belajar ini adalah program kerja yang kubuat bersama seorang temanku dari fakultas MIPA. Program kerja ini juga yang pada awalnya menjembatani interaksiku dengannya.

Kehadirannya mengubah semua prinsip yang telah kupatri dalam hati. Tembok tinggi yang kubangun bertahun-tahun untuk melindungiku dari segala hal di luar urusan perkuliahan, tiba-tiba kuhancurkan sendiri. Setiap hari aku merasa gelisah ingin segera bertemu dengannya. Kini kutahu rasanya, bagaimana saat perutku geli karena kupu-kupu yang berterbangan.

Di hari ke sekian setelah berkenalan dengannya, salah satu teman KKN kami yang memiliki kepekaan tinggi dalam menyadari perubahan perilaku seseorang yang sedang jatuh cinta, memergokiku yang berdandan sebelum keluar rumah.

"Sepertinya ketua KKN kita sedang jatuh cinta!" serunya.

"Wah, pasti Radit senang banget karena cintanya berbalas!" tambah yang lain.

Kenapa jadi Radit? Aku mengernyit. Tampaknya gosip yang beredar terkait hubunganku dan Radit semakin mengada-ada.

"Emang kalau nggak lagi jatuh cinta, aku nggak boleh dandan?" jawabku asal, malas meluruskan gosip yang terlanjur tersebar luas. "Berdandan rapi juga bisa dijadikan sebagai bentuk sopan santun pada masyarakat. Aku berangkat dulu, ya, sudah ditungguin anak-anak," pamitku sembari menyeret tangan teman satu prokerku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun