Ya, umurku saat ini 24, aku telah mempunyai pekerjaan meskipun aku belum mapan, sudah saatnya aku merangkai kembali cintaku dan kutentukan pilihan hidupku. Saat ini Kadoku ku letakkan di jok samping. Aku memutuskan untuk menghampiri Sinta, kado ini untuknya, sebagai ganti masa lalu yang tertunda.
"Sinta, Sinta, Permisi." Teriakku memanggil Sinta di depan rumahnya,
"Oh temennya Sinta dulu ya? Hamid kan?" Mbak Sari membukakanku pintu, sudah 8 tahun berlalu dan tak terlalu banyak yang berubah.
"Iya,"
"Sintanya lagi pergi, ada yang mau di salamkan dek?"
"Iya mbak, titip kado ini ya mbak, untuk Sinta." Kuserahkan kado itu ke mbak Sari, padahal aku ingin menyerahkannya sendiri.
"Oke dek, nanti mbak sampaikan." Lalu aku pergi, di luar gang ada warung angkringan, aku ingn mampiir membeli kopi di situ. Kemudian ada seorang yang aku kenal suaranya di sebelahku memesan minuman juga, "mbak, susu ga pake gula ya," aku lihat Sinta, dengan baju hamil dan perut yang membesar,
"Sinta?"
"Hamid? Kamu mau kemana, kog ke sini?"
"Aku mau mampir rumahmu." Kataku dengan jujur. Tapi aku sedih melihat perutnya, iya, tanda pasti dia telah menikah.
"Kamu sudah menikah?"