Mohon tunggu...
AmYu Sulistyo
AmYu Sulistyo Mohon Tunggu... Mahasiswa -

@amyu12 || Ambar Sulistyo Ayu || Seorang Calon Perencana yang Real akan merealisasikan rencana membuat Kota Impian dunia || T.PWK Undip 2012 || Project taker

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tunjuk Satu Bintang

19 Februari 2014   03:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:41 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Akan ku ukir, satu kisah tentang kita, di mana baik dan buruk terangkum oleh cinta." Headset tetap kupasang di kepalaku, lalu aku menanyakan ke Sinta, "judulnya apa Sin?"

"Tunjuk Satu Bintang, pengen sih beli kasetnya." Aku dengan spontan merogoh kantong, melihat dompetku, isinya hanya tinggal 5000, hanya cukup untuk makan 2 orang, sementara harga kaset itu 4 kali lipat uang yang kubawa, tabunganku sudah hampir habis hampir tiap minggu bersama Sinta, lalu dengan tenang aku bilang ke dia, "Poni bando, uangku udah habis nih, hehe, besok kalau udah ada duit lagi kubelikan kasetnya ya, sekarang kita pergi yuk."

Lalu kami berdua keluar dari toko itu, aku yakin Sinta sangat kecewa karena lagunya belum selesai dia dengarkan tapi aku memaksanya pulang, terbukti, sepanjang perjalanan, aku dan dia diam, tak ada satu kata terucap. Namun di angkutan umum, dia sempat meminta, "Mid, antarkan aku sampai rumah ya!"

Akhirnya menuju ke rumahnya di gang yang agak sempit, ku pikir sepeda motorpun sulit masuk melewati gang tersebut, "ini Mid rumahku, masuk." Aku melepaskan sandalku, masuk menuju rumah sederhana bertingkat dua. Saat masuk ke dalam, ada beberapa anak kecil mondar mandir memperebutkan krayon, ada juga adik Sinta yang kira-kira umurnya SMP sedang menonton TV.

"Bu, ada tamu." Seru Sinta

"Oh ya, silahkan masuk," seru ibu Sinta sambil terburu-buru keluar dengan Daster. Aku lihat ibunya masih terlihat muda, masih umur 30-an.

"Maaf rumahnya rame," ujar Ibu Sinta merendah.

"Hehe, iya bu, rumah saya juga rame juga,"

"Maklum dek, adiknya Sinta ini ada 4, kebanyakan masih kecil-kecil. Duduk dulu dek."

"Iya bu, terimakasih." Sinta masuk bersama Ibunya, terdengar di belakang agak rame, aku yakin mereka sedang membuatkanku minum. Ternyata benar beberapa saat kemudian Ibu Sinta, Sinta, dan seorang wanita yang berusia kuliahan keluar membawakan Makanan dan minuman,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun