Esoknya di Rumah Tahfidz aku sedikit berbincang terlebih dahulu bersama Ustadzah Sa. "Kaela, kamu ga boleh putus asa dalam menghafal Al-quran." Ucap Ustadzah kepada dengan penuh ketegasan.
 "Tapi dzah, juri bilang hafalan Kaela lemah,dzah" Ucapku dengan sedikit pelan. "Padahal Kaela kan sudah berusaha dzah." Ucapku dengan sedikit cemberut.
 Ustadzah Sa terkejut mendengar kata-kata yang kuucapkan. Seraya berkata "Kaela, juri tersebut hanya gak tau usahamu, karena hanya kamu yang tahu seberapa besar dan banyak usaha dalam menghafal dan memuraja'ah Al-Qur'an." Ujar ustadzah sambil mengelus kepalaku.
 Mengingat semua yang terjadi lima bulan yang lalu. Aku ingat, bahwa putus asa hanyalah jalan buntu yang tak pernah dapat kulewati. Sedangkan pantang menyerah adalah jalan panjang yang akan kutempuh. Di dalam hati akan ku gores kata-kata tiada putus asa dalam hidupku.
Waktu satu bulan berlalu, sekarang aku akan menjalani tes tiga juz lagi. Aku juga menetapkan tidak akan tes dengan juri yang sama, karena aku tidak mau dijatuhkan oleh juri yang sama atau pun yang juri yang lainnya. Aku tidak akan menyerah atau pun putus asa dalam segala hal.
 Seminggu setelah tes. Pengumuman hasil tes tiga juz telah diumumkan. "Alhamdulillah aku lulus. Maaa!! Paaa!!" Seruku, sembari memeluk mama yang berada di sampingku. Pengumuman di sebarkan lewat internet melalui website khusus lembaga tes tahfizh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H